Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata usia anak terpapar pornografi adalah sekitar umur 10 tahun. Sering kali ini disebabkan oleh ketidaksengajaan yang ditemukan pada website internet. Bisa juga dikarenakan lingkungan yang mengajaknya untuk menonton pornografi.
Menurut Happy Families, apabila moms menemukan kasus tersebut pada anak, lebih baik lakukan hal ini: 1. Tetap tenang Menunjukkan kemarahan akan membuat anak khawatir bahwa dia sedang dalam masalah. Oleh sebab itu, tetaplah tenang agar dapat meyakinkan anak bahwa kalian bisa membicarakan hal ini secara baik-baik. 2. Dengarkan penjelasannya Mintalah anak menceritakan bagaimana dan dari mana ia menemukan website pornografi, serta apa alasannya ia menonton video senonoh tersebut. Hal ini dapat membantu moms untuk mengetahui solusi yang perlu diperbuat. Selanjutnya, dengarkan apa yang ia rasakan saat menonton. Biarlah anak merasa terbuka, sehingga dia tidak perlu menutup-nutupi persaannya kepada moms. 3. Yakinkan anak bahwa ia tidak dalam masalah Ketimbang memberikan hukuman, sebaiknya moms akui secara terbuka mengenai kekecewaan yang moms rasakan kala melihat anak menonton video porno. Dengan demikian, ia akan memahami apa yang menjadi isi hati moms. 4. Memberikan pengetahuan soal seks Dikarenakan sudah terlanjur menonton, berikan anak pengertian mengenai seks. Seks hanya dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Bukan soal nafsu belaka, seks didasarkan oleh hati yang saling mencintai. Seks digunakan untuk memberi keintiman bagi suami-istri. Jelaskan juga soal waktu, nilai-nilai, dan batasan yang tepat mengenai hubungan seksual. 5. Memecahkan masalah bersama Komunikasikan bersama soal cara memecahkan masalah ini. Misalnya, memperbarui tingkat keamanan perangkat, menghindari teman dan kerabat yang suka melihat potnografi, dan melakukan percakapan rutin soal apa yang dilihat anak. Penulis: Elsa Himawan
0 Comments
Kesabaran adalah karakter positif yang harus diajarkan sejak dini. Sebab, bila sejak kecil anak tidak mengerti pentingnya sebuah kesabaran, dikhawatirkan saat dewasa ia tumbuh menjadi pribadi yang terburu-buru dan tidak sabaran.
Dengan demikian, kids village memberikan tips mengajarkan anak agar menjadi pribadi yang sabar: 1. Ajarkan dia untuk menunggu Ajarkan anak untuk menunggu ketika ia ingin mendapatkan sesuatu. Misalnya, saat ia ingin membeli mainan baru, moms bisa memintanya untuk menunggu sampai hari kenaikan sekolah. Menetapkan jangka waktu untuk mendapatkan sesuatu akan membentuk anak menjadi pribadi yang tidak egois dan sabar. 2. Ajarkan nilai lain selama penantiannya Daripada menunggu tanpa berbuat apapun, lebih baik mengajarkan anak untuk melakukan sesuatu selama proses penantiannya. Misalkan, ajak dia untuk menabung selagi ia menunggu untuk dibelikan mainan. Dengan demikian, bukan hanya karakter sabar, anak juga bisa terlatih untuk menjadi pribadi yang hemat. 3. Menepati janji Jangan membuat anak kapok untuk bersabar hanya karena hasil dari penantiannya hanyalah sebuah kesia-siaan. Tepatilah janji agar mengajarkannya bahwa buah dari kesabaran tidak pernah mengecewakan. 4. Ajarkan soal berhitung ketika ia mulai kehilangan kesabaran Ingatkan anak bahwa setiap kali ia mulai kehilangan kesabaran, maka saat itulah ia harus mulai berhitung 1-10. Hal ini dapat diterapkan saat ia sedang marah. Sebelum akhirnya mengamuk, biarlah ia menghitung angka dalam hatinya agar emosi yang keluar akhirnya tidak meledak-ledak. Penulis: Elsa Himawan Sebagai orang tua, tanpa sadar kita sering menjanjikan sesuatu kepada anak. Hal ini kerap dilakukan agar mereka mau menuruti permintaan kita. Namun sesudahnya, kita mengabaikan janji tersebut. Hal ini tentu membuat anak menjadi sedih.
Menurut laman doctor NDTV, berikut hal yang terjadi jika orang tua sering mengingkari janji pada anak: 1. Timbul kekecewaan Jika orang tua melanggar janji anaknya, dia akan kecewa dan mungkin tidak akan memercayai moms lagi. Oleh sebab itu, bila rencana kalian telah gagal, ajak dia untuk melakukan kegiatan menyenangkan lain agar anak merasa terhibur. 2. Merusak kepercayaannya Ketika orang tua tidak menepati janji, mereka secara tidak sadar sedang mengajari anak-anak untuk tidak memercayai omongan mereka lagi. 3. Merasa dirinya tidak penting Ketika moms menjanjikan sesuatu kepada anak, moms sedang meyakinkan dirinya bahwa ia sangatlah penting. Namun, ketika moms merusak janji tersebut, itu akan membentuk persepsi anak bahwa ia tidaklah sepenting apa yang dipikirkannya. 3. Mengurangi rasa hormatnya dengan orang tua Jika orang tua sering mengingkari janji, anak-anak akan sering dibuat kecewa dan akhirnya tidak dapat respect lagi kepada orang tuanya. 4. Tumbuh menjadi seorang yang suka ingkar janji Melihat kebiasaan orang tuanya yang suka mengingkari janji akan membentuk karakter anak untuk menjadi seorang pengingkar janji. Sebab, mereka akan berpikir bahwa mengingkari janji adalah perbuatan yang sepele. Penulis: Elsa Himawan Karakter seseorang dapat dipengaruhi dari cara orang tua mendidik anaknya sejak kecil. Karena itu, mengajarkan anak laki-laki soal pentingnya menghargai wanita adalah hal yang harus ditanamkan sedini mungkin. Jangan sampai, karena orang tua lalai dalam mendidik anak laki-laki, ia malah tumbuh menjadi pribadi yang kasar, egois, dan tidak menghormati wanita. Untuk itu, laman leading laddy mencatat 5 cara mendidik anak lelaku agar menjadi pribadi yang menghargai wanita: 1. Ajarkan ia soal rasa hormat dan kasih sayang untuk semua orang Teruslah tanamkan kepada mereka prinsip bahwa semua orang berhak mendapatkan rasa hormat, kebaikan, dan kasih sayang tanpa memandang jenis kelamin. Saat ia tumbuh menjadi dewasa, pesan tersebut akan melekat dan menjadi nilai hidupnya. 2. Kelilingi dia dengan panutan pria yang menghormati wanita Anak-anak akan meniru segala hal yang mereka lihat. Lama kelamaan, peniruan itulah yang membentuk karakternya. Di sini sangat penting figur seorang ayah yang baik dan penyayang. Dengan demikian, mudah baginya untuk menemukan sosok yang patut dicontoh. 3. Ciptakan lingkungan yang aman baginya untuk mengekspresikan perasaannya Dari dulu, banyak orang tua yang mendefinisikan bahwa pria macho tidak boleh menangis atau mengungkapkan perasaannya secara terbuka. Ia harus tegar di setiap situasi, sehingga tidak ada orang yang dapat mengetahui kelemahannya. Hal ini justru berdampak negatif karena ia akan mengalami frustasi dan tumbuh menjadi pria yang temperamen. Oleh sebab itu, ajarkan anak sejak dini soal cara mengungkapkan dan mengekspresikan perasaannya dengan benar. Dengan demikian, ia akan menjadi pria yang berbelas kasih dan mudah memahami wanita. 4. Mendorongnya agar memiliki sifat perhatian Moms bisa mengajarkannya dari hal-hal kecil. Misalkan, menjenguk teman yang sakit, membukakan pintu bagi orang lain, membiarkan seseorang meminjam barangnya, dan menghibur teman yang sedih. Jika dibiasakan, perilaku-perilaku tersebut akan tumbuh menjadi habitatnya hingga besar. 5. Libatkan dia dalam pekerjaan rumah tangga Sejak dulu, pekerjaan rumah tangga selalu dinilai sebagai kewajiban wanita. Padahal memasak, mencuci pakaian, membersihkan lantai, juga bisa moms ajarkan pada anak laki-laki. Dengan demikian, kelak ia dapat menjadi pribadi yang bisa diandalkan dan bersedia membantu istrinya karena sudah terbiasa melakukan tugas itu saat tinggal dengan moms. Penulis: Elsa Himawan Tak sekadar menghafal isi buku pelajaran, anak juga perlu dilatih untuk berpikir kritis agar dapat menghubungkan konsep satu dan lainnya. Berpikir kritis berarti meningkatkan kemampuannya untuk memecahkan masalah, berpikir kreatif, mempertajam daya ingat, dan tentunya juga meningkatkan cara mengaplikasikan segala ilmu pengetahuan yang ia serap.
Berpikir kritis juga akan melatih anak menjadi investigator yang andal dan penuh inovasi lho. Lalu, bagaimana melatih anak untuk berpikir kritis? Ikuti beberapa cara di bawah ini, yuk! 1. Bantu Berstrategi “Pemikir yang kritis dapat memecahkan masalah dengan lebih mudah, dan anak tidak akan bisa mencari solusi jika kita tidak memberinya kesempatan untuk berlatih,” ujar Amy Seely Flint, Ph.D., Profesor Pendidikan di Georgia State University, Atlanta, pada Parents.com. Maka ketika anak terbentur pilihan antara harus ke pesta ulang tahun teman dan pertandingan sepakbola, biarkan ia mencari solusinya sendiri. Membantunya memecahkan masalah sama saja tidak memberi anak kesempatan untuk berpikir kritis. Jika anak berencana tetap ke pesta ulang tahun walau terlambat setelah bertanding, Anda boleh memberi tahu kisaran waktu dan jarak yang harus ditempuh dari tempat bertanding ke rumah temannya. Selanjutnya? Biarkan ia menghitung sendiri waktu dan konsekuensi dari setiap keputusan yang ia ambil. 2. Prediksi Cerita Beri anak buku atau film seri yang akhir kisahnya sulit ditebak. Jalan ceritanya yang ambigu bisa menjadi alat yang tepat untuk anak menghubungkan info demi info dari awal cerita. Biarkan ia memprediksi sendiri akhir dari cerita di buku atau film tersebut, kenapa tokohnya melakukan ini dan itu, dan biarkan juga ia mengembangkan kisahnya agar lebih seru lagi. Melatih anak berpikir kritis, artinya Anda juga harus bisa mengembangkan imajinasi anak. Imajinasi yang baik akan membantunya untuk bisa berpikir kritis lho. 3. Biarkan Beropini Cara terbaik untuk melatih anak berpikir kritis adalah dengan tidak membungkam opininya. Terkadang anak butuh teman bicara untuk bisa mengembangkan kemampuannya beropini. Ada juga anak yang pandai beropini, tetapi malu untuk mengutarakannya di depan kelas atau di depan orang banyak. Ini artinya, Anda harus terbiasa menanyakan opini anak dan membiarkannya bebas mengekspresikan opini. Perlahan tapi pasti, anak yang bebas beropini akan berani berbicara di depan publik dengan kritis! 4. Mendiskusikan Berita Berita terkini adalah hal yang paling menarik untuk dijadikan bahan diskusi dengan anak. Contohnya banjir di beberapa titik di Jakarta yang sering terjadi setiap bulan Februari. Ajak anak berdiskusi mengenai banjir ini dan dengarkan segala opininya. Anda boleh mengajaknya berdebat dengan sehat untuk mengasah caranya berpikir kritis sambil mengajarkan seni berdiskusi yang baik dan sopan. Jangan lupa ajarkan anak untuk mencari sumber tepercaya setiap kali ingin menyampaikan fakta ya. 5. Belajar dari Kesalahan Melihat kesuksesan dan kegagalan masa lalu adalah cara yang baik untuk membangun kemampuan berpikir kritis pada anak. Ketika anak berhasil menang lomba lari, kalah lomba menggambar, dan pengalaman lainnya, semangati dia untuk menganalisis apa yang membuatnya sukses dan apa yang membuatnya gagal. Anak harus tahu apa kelemahan serta kelebihannya dan harus tahu bagaimana memperbaikinya. Bisa mengenali diri dan tidak malu belajar dari kegagalan adalah sikap yang penting dalam melatih anak berpikir kritis. Ini adalah proses alami yang pernah dirasakan semua orang, tetapi hanya anak cerdas yang mampu berpikir kritis yang bisa mengubah pengalamannya menjadi “bahan bakar” untuk melesat maju. Penulis: Tyas Sukma Rasanya sebal, melihat anak memiliki performa belajar yang rendah. Melihat hal itu, orang tua sering kali menjuluki anaknya dengan julukan "si pemalas". Padahal, tentu ada penyebab yang membuat anak menjadi malas belajar. Menurut laman parenting for brain, terdapat alasan-alasan ilmiah yang menyebabkan kesulitan belajar pada anak: 1. Menderita learning disabilities Learning disabilities atau kesulitan belajar menyebabkan anak menjadi tidak tertarik dan kehilangan motivasi belajar. Sebuah studi yang dilakukan oleh Queensland University of Technology di Australia mengevaluasi 20 anak berusia 7 hingga 10 tahun, yang dianggap malas oleh orang tua dan guru mereka. Pemeriksaan yang cermat mengungkapkan bahwa 17 dari 20 anak menderita berbagai kesulitan belajar (learning disabilities). 2. Menderita ADHD ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan saraf yang paling umum terjadi pada anak. Mereka yang terdiagnosis ADHD akan mengalami kesulitan fokus. ADHD yang menyebabkan anak malas belajar memiliki beragam tipe, yaitu Predominantly hyperactive-impulsive, Predominantly inattentive, dan Combined. 3. Kurang tidur Tidak cukup istirahat di malam hari akan membuat anak menjadi lelah pada siang hari. Kurang tidur bisa disebabkan karena bermain video game dan menonton YouTube. Oleh sebab itu, pentingnya peran orang tua untuk memastikan anak tidak menyentuh gadget pada malam hari. 4. Kecemasan Gangguan kecemasan banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Mereka yang menderita kecemasan memiliki motivasi intrinsik yang lebih rendah untuk belajar. 5. Tekanan orang tua Faktanya, anak-anak yang terlibat dalam pembelajaran tanpa adanya paksaan atau tekanan, cenderung lebih tinggi memiliki motivasi belajar. Karena itu, kontrol dari orang tua yang berlebihan justru membuat anak menjadi kehilangan motivasi belajar. Penulis: Elsa Himawan Menjadi orang tua memang tidaklah mudah. Bukan hanya mengatur keuangan, melainkan pandai dalam mengatur sikap anak juga menjadi tugas yang penting. Sebab, tak jarang anak tidak mampu memahami kondisi keuangan orang tua karena yang mereka tahu, keinginan mereka harus selalu terpenuhi. Di sisi lain, banyak kebutuhan yang jauh lebih prioritas daripada memenuhi keinginan anak.
Namun, sering kali kita terpaksa menuruti permintaan anak hanya untuk berusaha membuatnya diam. Moms, jika kita terus memenuhi permintaan anak, justru akan membentuk karakternya menjadi pribadi yang egois dan tidak mau memahami orang lain. Di sisi lain, langsung berkata "tidak" atas permintaan anak juga akan membuatnya menjadi kecewa. Laman raising children mencatat beberapa cara bijak untuk menolak permintaan anak: 1. Jangan langsung mengatakan "tidak" Jika moms memutuskan untuk mengatakan tidak, sebaiknya berikan alasan terlebih dahulu. Hal ini dapat membantu anak untuk memahami keputusan anda, sehingga dia tidak langsung kecewa saat mendengar kata "tidak" dari moms. 2. Tawarkan sesuatu yang lain Moms bisa melakukan negosiasi dengan anak. Berikan dia tawaran yang lain, sehingga ia melupakan keinginannya untuk membeli mainan. Misalnya, menawarkan dia makanan kesukaannya, atau mengajak dia melakukan kegiatan lain yang sangat mengasyikkan. 3. Berikan anak respon yang membangun Bila menolak permintaannya, moms bisa memuji dia terlebih dahulu. Misalnya, mengatakan bahwa ia adalah anak baik, cerdas, pengertian, dan pastinya mau patuh kepada ucapan orang tua. Hal itu akan membuat anak berusaha untuk membenarkan pujian moms, sehingga ia akan menghentikan keinginannya untuk minta dibelikan mainan. Penulis: Elsa Himawan Ibu tiri atau ibu sambung sering digambarkan sebagai sosok yang jahat, memperlakukan anak dengan buruk, dan memiliki niat tersembunyi. Padahal pada kenyataannya, hal-hal tersebut tidaklah benar.
Namun, oleh karena anggapan itu, ibu sambung seakan memiliki suatu keharusan untuk membuktikan diri bahwa stigma tersebut tidaklah benar. Menjadi ibu tiri bukanlah peran yang mudah. Dilansir dari Brightside, berikut ini beberapa kesulitan yang sering dialami para ibu sambung, dan cara mengatasinya. 1. Kita harus bersabar Anak sambung mungkin memiliki karakter yang sangat berbeda dari kita. Mereka pun sudah berkepribadian yang mirip dengan orang tua kandungnya tetapi tidak dengan kita, Hal ini memanglah menyulitkan namun kita harus melakukan upaya ekstra untuk menjalin ikatan lebih dalam dengan anak tersebut. Ini mungkin tidak mudah pada awalnya, tetapi pada akhirnya bisa bermanfaat ketika kita melihat bahwa mereka telah menginternalisasi apa yang kita ajarkan kepada mereka, atau bahwa kita mulai memiliki minat yang sama. 2. Kita harus ingat untuk tidak membiarkan kata-kata menentukan siapa kita Anak-anak mungkin menyebut ibu kandung mereka 'ibu yang sesungguhnya', dan itu menyakitkan untuk didengar karena hal itu membuat kita merasa seperti orang asing dan merasa kurang dihargai. Tetapi jangan tersinggung kata-kata itu. Anak mungkin tidak bermaksud untuk menyakiti kita. Bagi mereka, ini hanyalah cara untuk membedakan antara 2 orang. 3. Terimalah bahwa kita tidak dapat mengontrol segalanya Kita mungkin merasa kehilangan kendali setiap kali anak tiri kita menghabiskan waktu bersama ibu kandungnya, yang dapat membuat kita merasa khawatir dan cemas. Tetapi ingatlah bahwa kita tidak bisa dan tidak harus mengontrol semua yang terjadi dalam hidup anak. Jadilah ibu terbaik saat mereka bersama kita, dan tangani masalah saat mereka datang. 4. Kita harus mengingatkan diri sendiri bahwa kita memainkan peran penting Pahami bahwa, meskipun kita bukan ibu kandung, peran kita dalam hidup anak tetap sangat penting. Setelah kita menyadarinya, kita akan lebih percaya diri untuk menjadi ibu tiri yang lebih baik, yang tidak berfokus pada rasa tidak aman. 5. Kita harus ingat untuk tidak melupakan diri sendiri Mencoba menjadi istri dan ibu tiri yang sempurna bisa melelahkan dan membuat stres. Dan terkadang kita mungkin terlalu fokus pada apa yang kita harus kita lakukan untuk orang lain, dan lupa bahwa kita perlu meluangkan waktu untuk diri sendiri. Menjadi ibu tiri bukanlah pekerjaan mudah, jadi tidak apa-apa jika kita perlu meluangkan waktu sendiri atau bersama teman untuk refreshing. 6. Kita tidak boleh mencoba mengganti peran ibu kandung mereka Tidak peduli seberapa besar kita mencintai anak tiri, kita tidak bisa menjadi orang yang sama seperti ibu kandung mereka. Dan tidak apa-apa, menjadi ibu tiri adalah peran unik yang dapat kita mainkan dalam hidup mereka, dan itu tidak berarti kita lebih buruk dari ibu kandung mereka. 7. Kita tidak boleh membandingkan diri dengan orang lain Keluarga kita tidak harus serupa dengan keluarga lain yang memiliki orang tua tiri. Kita mungkin melihat keluarga lain di mana ibu tiri rukun dengan ibu kandung, dan karena itu kita mulai merasa tidak melakukan pekerjaan yang cukup baik. Tidak apa-apa menjadi keluarga yang tidak sempurna, tetapi yang terpenting adalah kita dapat menghargai saat-saat indah yang kita miliki. Penulis: Tyas Sukma Sebagai orang tua, Anda pasti ingin anak tumbuh menjadi pribadi yang sukses dalam banyak hal. Untuk itu, sikap yang positif sangatlah penting dimiliki anak. Bersikap positif, seperti percaya diri dan berpikir positif, dapat membantu anak memecahkan masalah dan gigih dalam menjalani hidupnya kelak.
Nah, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendukung anak memiliki sikap positif. Dilansir dari Firstcry Parenting, berikut ini cara yang bisa Anda lakukan agar anak tumbuh dengan sikap positif. 1. Katakan Bahwa Mengekspresikan Emosi Bukan Masalah Salah satu cara utama adalah dengan mendorong anak memahami perasaannya. Sedih, bahagia, takut, malu, khawatir, dan emosi lainnya sangatlah normal untuk dialami sewaktu-waktu. Setelah belajar menerima berbagai perasaan ini, maka hal-hal negatif tidak akan memenuhi benaknya. Saat anak marah, tanyakan apa masalahnya. Setelah mereka memberitahu Anda tentang masalah dan perasaannya, katakan pada anak bahwa segala hal negatif ini akan berlalu. Dorong anak untuk mencari solusi daripada mengkhawatirkan masalah. Dengan begini, mereka akan memahami bahwa setiap masalah memiliki solusi dan mereka akan belajar hidup dengan optimis. 2. Menjadi Contoh bagi Anak Anak belajar banyak hal dari Anda, orang tuanya. Jika Anda bersikap optimis, maka anak juga akan mengembangkan sikap yang sama. Anda mungkin tidak menyadarinya, tapi anak mempelajari semua perilaku, emosi, dan perasaan Anda. Perlahan-lahan mereka akan mengikuti apa pun yang Anda lakukan dan pikirkan. 3. Dorong dan Motivasi Anak Jika anak merasa tidak termotivasi, Anda perlu mendorongnya untuk melihat berbagai hal baik di dalam hidupnya. Apresiasi anak ketika mereka sukses dan jangan marahi anak jika mereka membuat kesalahan. Alih-alih mengomeli anak jika mereka berperilaku tidak sesuai dengan harapan Anda, jelaskan padanya bahwa perilakunya tidaklah bisa diterima dan ajarkan mereka untuk memperbaiki kesalahannya. Hal ini akan mendorong anak untuk terus bersikap positif. 4. Berikan Kebebasan Disiplin adalah hal penting bagi anak, namun di saat yang sama mereka juga tetap perlu diberikan kebebasan yang cukup. Pada saat-saat tertentu, biarkan anak bersikap sesuai keinginannya. Ini dapat mendorongnya untuk mewujudkan tujuan dan mimpinya kelak. 5. Pastikan Anak Ada di Lingkungan Bertumbuh yang Positif Teman adalah sosok yang sangat berpengaruh bagi Anda dan anak, dan jika kita dikelilingi oleh orang-orang yang positif, maka tentu cara kita melihat berbagai hal juga akan positif. Untuk itu, Anda bisa jaga atau pastikan bahwa anak berada di lingkungan yang positif dan bahagia. 6. Dorong Anak untuk Menceritakan Peristiwa Baik Rasanya menyenangkan untuk tahu pengalaman sehari-hari anak, ya. Namun, pastikan Anda mengutamakan peristiwa positif yang mereka alami daripada mengkhawatirkan peristiwa negatif. Tunjukkan bahwa peristiwa positif punya kekuatan untuk mengalahkan peristiwa negatif. Dorong anak untuk fokus dengan peristiwa positif karena hal ini dapat membantunya melewati hari-hari dengan optimis dan tanpa stres. 7. Ajarkan Nilai dan Moral Anak yang mengetahui tentang mana yang benar dan mana yang salah akan tumbuh menjadi sosok yang lebih positif. Untuk itu, Anda perlu mengajarkan tentang nilai dan moral pada anak sejak dini. Ketika mengetahui nilai dirinya sendiri, maka mereka akan tahu bahwa mereka perlu menjadi sosok yang baik. Jika mereka berpegang pada moral dan melakukan hal-hal yang benar, maka mereka tak akan memiliki rasa bersalah atau penyesalan karena melakukan hal buruk. Hal ini akan mendorongnya untuk mengembangkan sikap positif kelak. 8. Bercerita dan Melakukan Permainan Sikap positif bisa diajarkan dengan menceritakan cerita-cerita positif pada anak. Anda juga bisa mendorong anak untuk bersikap positif melalui aktivitas dan permainan. Dengan begini, anak akan belajar hal-hal penting melalui cara yang menyenangkan. Penulis: Tyas Sukm Semenjak pandemi, tentunya tugas seorang ibu menjadi bertambah. Anak yang biasanya belajar di sekolah, terpaksa harus mengikuti pembelajaran di rumah. Memang ada positifnya, seperti orang tua bisa dengan mudah memantau dan membantu anak dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Akan tetapi negatifnya, orang tua menjadi kualahan, menghadapi anak yang tidak betah duduk sambil menyaksikan layar materi di rumahnya sendiri. Pastinya, ada saja tingkah anak yang ingin bebas beraktivitas saat tengah mengikuti kelas online.
Tugas kita sebagai orang tua, tentunya harus selalu memastikan anak dapat menyerap materi pelajaran dengan baik. Menurut laman Reviewed, moms bisa melakukan hal ini untuk membuat anak tetap fokus mengikuti pembelajaran online: 1. Buat suasana belajar yang menyenangkan Moms bisa mendekorasi meja belajarnya dengan foto-foto dan pajangan yang lucu. Bisa juga dengan memberikan alat tulis yang menariknya untuk mau mencatat materi. Hal ini dilakukan agar anak tidak bosan saat mengikuti pembelajaran via daring. 2. Hindari hal yang dapat mengganggu anak untuk fokus belajar Fokus anak sangatlah mudah teralihkan dengan berbagai hal. Oleh sebab itu, moms perlu menciptakan suasana belajar yang tenang dan pastikan tidak ada mainan atau gadget lain di dekatnya. 3. Berikan aktivitas sensorik sebelum mulai kelas online Ajak anak melakukan kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik dan outdoor. Misalnya bermain sepeda, senam ringan, bermain lompat tali, atau jalan-jalan di taman sebelum kelas online dimulai. Hal ini dapat memberikan refreshing, sehingga memicu konsentrasi pada otak anak untuk menghadapi kelas online yang membosankan. 4. Berikan reward saat jam istirahat tiba Duduk sambil menyaksikan guru berbicara secara virtual selama berjam-jam, tentu membuat anak merasa suntuk. Oleh sebab itu, moms harus menghargai jerih payah yang dilakukannya. Berikan reward, seperti menyajikan camilan kesukaannya, atau membuatkannya minuman segar saat waktu istirahat kelas tiba. Dengan demikian, anak akan lebih semangat untuk mengikuti kelas selanjutnya. Penulis: Elsa Himawan Life skills merupakan bekal penting bagi anak untuk menjalani kehidupannya di masa depan. Namun sayangnya, banyak anak yang tidak tahu cara mengatasi berbagai masalah hidupnya hingga mereka menjajaki dunia remaja.
Anda tak perlu menunggu anak tumbuh menjadi remaja untuk mengajarkan life skills yang ia butuhkan. Ajarkan sekarang, sedini mungkin, agar proses perkembangan dan pertumbuhannya semakin optimal. Dilansir dari Very Well Family, berikut life skills yang perlu Anda ajarkan sejak dini. 1. Mengambil Keputusan Membuat keputusan yang baik adalah life skill yang perlu dipelajari oleh setiap anak sejak kecil. Anda bisa mulai membantunya dengan memberikan opsi antara es krim cokelat dan vanilla, kaus kaki putih atau hitam, serta bermain mobil-mobilan atau boneka. Anda bisa membantu anak menimbang opsi-opsi yang ia punya, mengevaluasi pro dan kontra opsi, dan biarkan anak memilih keputusan akhirnya sendiri. 2. Kebersihan dan Kesehatan Anak tak pernah terlalu dini untuk belajar kebersihan dan kesehatan. Bahkan kita sudah melakukan rutinitas kebersihan dan kesehatan, seperti mandi, menyikat gigi, atau mengganti pakaian dalam, meski tanpa penjelasan. Untuk itu, Anda bisa jelaskan kepada Anak tentang alasan pentingnya kebersihan dan kesehatan dalam hidup mereka. 3. Manajemen Waktu Sebagai orang dewasa, Anda pasti sadar pentingnya manajemen waktu yang baik. Untuk itu, Anda perlu ajarkan manajemen waktu pada Anak sejak dini. Anda bisa ajarkan Anak untuk mengukur waktu, melakukan aktivitas sesuai agenda, serta membuat jadwal. Life skill ini tak hanya akan membuat hidup Anda lebih mudah, namun juga membantu hidup Anak kelak. 4. Persiapan Makan Anda bisa ajarkan Anak untuk membuat sandwich atau mengambil alat makannya sendiri. Seiring dengan tumbuhnya rasa percaya diri anak di dapur, Anak akan berkembang menjadi pribadi yang siap melayani dirinya sendiri atau mandiri. 5. Manajemen Uang Manajemen uang adalah salah satu masalah yang masih banyak dialami orang dewasa. Maka dari itu, Anda perlu ajarkan Anak manajemen uang sejak kecil agar ia siap ketika tiba saatnya ia mendapat uangnya sendiri. Ajarkan Anak untuk menabung dan mengeluarkan uang dengan bijak. 6. Bersih-bersih Kemampuan bersih-bersih sangatlah penting diajarkan kepada anak sejak dini untuk mempersiapkannya hidup mandiri di kemudian hari, baik ketika kuliah ataupun bekerja. Anda bisa mulai dari hal dasar, seperti membereskan tempat tidur sendiri, mengelap meja, atau membereskan mainannya sendiri. 7. Mencuci Pakaian Mengajarkan Anak cara mencuci, melipat, dan menyimpan pakaiannya akan sangat bermanfaat bagi Anak dan Anda. Balita bisa mulai diajarkan dengan memintanya memisahkan pakaian berdasarkan warna. Ketika Anak sudah lebih besar, Anda bisa minta ia untuk memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci dan mengoperasikannya. 8. Perbandingan saat Belanja Ketika kita beranjak dewasa, kita memahami nilai uang dan pentingnya perbandingan saat belanja. Mengajarkan Anak kemampuan ini akan membantunya menjadi pribadi yang bijak saat berbelanja dan pandai berhemat. Anda bisa bantu Anak dengan mencari perbandingan dan menjabarkan singkat perbedaan yang ada pada produk-produk yang ia inginkan. 9. Memesan Makanan di Restoran Mengajarkan Anak memesan makanan sejak dini bisa membantu menumbuhkan rasa percaya dirinya. Seiring dengan rasa percaya diri yang tumbuh, Anak bisa mengutarakan keinginannya. Jangan lupa juga mengajarkan sikap yang baik saat memesan ya. 10. Bersiap-siap Anak juga bisa mulai belajar untuk mempersiapkan keperluannya. Biarkan ia memilih pakaian yang ia ingin kenakan besok sebelum tidur. Letakkan sisir dan sikat giginya di tempat yang mudah dijangkau oleh Anak. Anda juga bisa gunakan bantuan visual untuk mengilustrasikan proses siap-siap secara keseluruhan. 11. Merawat Rumah Anak sangat suka untuk membantu Anda dan selalu ada hal yang bisa ia lakukan. Salah satunya adalah merawat rumah. Tugas mudah seperti mengganti tisu toilet atau membuang sampah adalah contoh pelajaran awal merawat rumah. Life skill ini akan membantunya menjadi pribadi yang mandiri, sehat, cekatan, bahkan lebih bahagia di kemudian hari. Penulis: Tyas Sukma Seperti yang semua orang ketahui, bahwa buku adalah jendela ilmu. Dengan membaca buku, seseorang bisa mempunyai wawasan yang luas. Oleh sebab itu, sangat baik bagi seseorang, jika mereka memiliki hobi membaca buku.
Namun, hobi membaca buku seharusnya ditanamkan sejak dini. Oleh sebab itu, moms dapat mendorong anak untuk suka membaca buku, baik dongeng, novel, ensiklopedia, dan sebagainya. Menurut laman reading with your kids, anak dapat memiliki 5 manfaat ini jika mereka suka membaca buku: 1. Memberikan pengalaman baru bagi anak Melalui membaca, anak-anak belajar tentang orang, tempat, dan peristiwa di luar pengalaman mereka sendiri. Dengan demikian, anak dapat mengalami situasi baru sebelum mereka menghadapinya di kehidupan nyata. 2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan komunikasi Membaca dapat membantu meningkatkan kosakata dan pola bicara tingkat lanjut. Hal ini bermanfaat untuk membantu anak menyerap informasi tentang cara membentuk kalimat dan menggunakan kata-kata yang efektif dalam menulis dan berbicara. 3. Membuat otak menjadi cerdas dan mengasah rasa empati Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa anak akan jauh lebih pintar dan empati bila mereka rajin membaca. Sebab, bukan hanya orang dewasa, membaca juga bagus untuk memperkuat daya ingat anak-anak. 4. Meningkatkan imajinasi pada anak Membaca dapat mengembangkan kreativitas anak untuk berimajinasi. Sebab, isi buku yang dibacanya, dapat ia bayangkan secara visual pada otaknya. 5. Membaca membantu anak berpikir kritis Dengan rajin membaca, pikiran anak dapat menjadi luas dan mampu mengembangkan analisa yang baik. Begitu pula jika diterapkan pada kehidupan nyata, anak lebih mudah memahami berbagai situasi dan pikiran orang lain. Penulis: Elsa Himawan Setiap orang tua memiliki cara sendiri untuk mengungkapkan rasa sayang kepada anaknya. Namun, sering kali rasa sayang yang ditunjukkan secara berlebihan, akan membentuk karakter anak menjadi seorang yang tidak bisa mandiri. Di tambah lagi, masih banyak orang tua yang berpikir, "ah, namanya juga masih kecil.. gak apa-apa kalau dimanjain. Kan masih belum ngerti." Moms, justru sejak dinilah waktunya kamu mendidik anak untuk menjadi pribadi yang mandiri, disiplin, dan tangguh. Sebab, karakternya sejak kecil akan terbawa sampai dewasa jika dibiarkan begitu saja. Apalagi, jika anak sudah menunjukkan tanda karakter yang buruk dari kecil. Artinya, moms harus lebih ekstra lagi memberikan penanaman karakter yang baik kepada anak. Menurut laman Huff Post, berikut indikasi anak manja yang tidak boleh dibiarkan oleh orang tua: 1. Mengamuk saat orang tua tidak mengabulkan keinginannya Semua anak mungkin mengungkapkan rasa kecewa ketika sesuatu yang diinginkannya, tidak dikabulkan orang tua. Akan tetapi anak yang memiliki indikasi 'manja' akan mengamuk dalam meresponi penolakan dari orang tuanya hanya demi mendapatkan apa yang ia inginkan. 2. Tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki Menurut seorang psikolog, Michele Borba, anak yang manja cenderung memiliki karakter serakah. Alih-alih mengungkapkan rasa terimakasih atas apa yang dimiliki, malahan mereka cenderung fokus untuk mendapatkan hal berikutnya. Misalkan, sudah dibelikan mainan, anak manja tidak akan merasa puas. Dia akan meminta mainan yang jauh lebih banyak lagi. 3. Cenderung egois karena hanya memikirkan diri sendiri Anak manja tidak terlalu peduli dengan orang lain. Apabila ia harus merepotkan orang hanya untuk mendapatkan keinginannya, seorang anak manja tidak akan ragu untuk melakukan hal tersebut. Misalkan, tak peduli seberapa repotnya moms mengurus rumah, ia akan tetap memaksa kamu untuk tidak mengerjakan apa-apa dan hanya menemaninya bermain. 4. Tidak sabaran karena keinginannya harus dipenuhi dengan cepat Anak manja tidak pernah mau untuk belajar bersabar dan menunggu. Apabila ia menginginkan sesuatu sekarang, maka harus dikabulkan saat itu juga. Salahnya, banyak orang tua justru lebih memilih untuk segera mengabulkan keinginan anak, daripada harus repot-repot mengajarinya soal kesabaran. 5. Tidak pernah mau kalah Semua anak pastinya tidak suka kekalahan. Akan tetapi respon yang dimiliki seorang anak manja adalah menyalahkan orang lain, untuk menutupi kekalahannya. Baik dalam permainan maupun kerjasama, seorang anak manja hanya ingin memenangkan segala hal. 6. Mengerjakan tugas didasarkan karena iming-iming Normal jika anak-anak membutuhkan dorongan untuk memacu mereka mengerjakan sesuatu. Akan tetapi sebaiknya, orang tua tidak sering membiasakan untuk memberi mereka hadiah, mainan, atau uang demi anak mau melakukan sesuatu. Hal ini dapat membuat anak menjadi 'kebiasaan', sehingga maunya mengerjakan sesuatu hanya jika diiming-imingi keuntungan saja. Penulis: Elsa Himawan Anda tentu ingin terus mendampingi anak untuk melindunginya dari berbagai macam bahaya. Namun, ada kalanya suatu saat nanti Anda tidak mungkin selalu berada di samping anak. Untuk itu, Anda perlu mengajarkan berbagai hal yang bisa digunakan anak untuk melindungi dirinya sendiri. Salah satu yang terpenting adalah body safety.
Anak-anak sangat rentan terhadap pelecehan seksual maupun ancaman fisik berbahaya lainnya. Melansir dari Motherly, berikut ini hal-hal yang perlu Anda ajarkan tentang body safety kepada anak. 1. Ajarkan Bagian-Bagian Tubuh dengan Benar Mengenalkan nama-nama organ tubuh dengan benar kepada anak, terutama organ intim, seperti penis, vagina, bokong, dada, dan puting. Jelaskan bahwa berbagai organ ini perlu terus dilindungi dan tertutup oleh pakaian. Hindari pemberian istilah lain pada organ tubuh tertentu. Dengan begini, anak bisa menjelaskan dengan benar jika hal buruk terjadi. 2. Pastikan Anak Paham Konsep Privat Jelaskan konsep privat dan publik kepada anak. Ceritakan bahwa toilet adalah tempat privat, karena hanya dirinya yang boleh berada di situ, dan ruang tamu adalah tempat publik karena ruangan tersebut bisa didatangi oleh banyak orang. 3. Kenalkan Sosok Kepercayaan Ajarkan anak bahwa tidak ada orang yang berhak menyentuh atau melihat organ intimnya. Jika ada seseorang yang ingin melakukannya, maka ia perlu segera menceritakannya kepada orang dewasa yang ia percaya. Selain itu, ajarkan pula jika seseorang meminta anak untuk menyentuh atau melihat organ intimnya, itu adalah hal yang salah. Bantu anak untuk memilih 3-5 orang dewasa yang bisa ia percaya, serta pastikan 1 dari mereka bukan anggota keluarga. Hal ini disebut dengan Safety Network. 4. Bicarakan Soal Perasaan Anda perlu bicarakan soal perasaan dengan anak. Diskusikan tentang perasaan senang, sedih, marah, dan sebagainya. Dorong anak untuk mengutarakan perasaannya. Dengan begini, anak bisa menceritakan perasaan mereka ketika seseorang menyentuhnya dengan tidak pantas. 5. Aman dan Berbahaya Bicarakan tentang perasaan aman dan berbahaya. Diskusikan pada momen di mana rasa aman dan berbahaya akan muncul. Misalnya, ketika anak jatuh karena didorong oleh temannya (berbahaya) atau saat Anda membacakan dongeng sebelum tidur (aman). 6. Bercerita saat Merasa Bahaya Jelaskan bahwa ada tanda-tanda jika anak merasa sedang dalam bahaya. Misalnya, degup jantung yang meningkat, mual, tangan yang berkeringat, dan sebagainya. Biarkan anak mengutarakan berbagai tanda yang menurutnya dapat menandakan rasa bahaya. Katakan bahwa anak perlu segera bicara dengan Safety Network yang dirinya punya ketika merasa bahaya. 7. Jangan Dukung Rahasia Jelaskan perbedaan dengan kejutan bahagia dan rahasia berbahaya kepada anak. Kejutan bahagia contohnya adalah ketika merahasiakan pesta kejutan ulang tahun, sedangkan rahasia berbahaya contohnya ketika seseorang menyentuh organ intimnya. Pastikan anak tahu bahwa jika seseorang memintanya untuk menjaga rahasia berbahaya, maka anak perlu segera memberi tahu ke Safety Network. 8. Dorong Anak untuk Mengutarakan Perasaannya Jelaskan beberapa momen di mana menyentuh organ intim bukanlah masalah, contohnya dokter ketika anak sakit (tapi Anda juga tetap perlu mendampinginya). Selain itu, jelaskan pula bahwa jika seseorang menyentuh organ intim di momen yang tidak pantas maka dirinya perlu segera berkata, tidak! atau jangan! dan halangi dengan kaki atau tangannya. Tegaskan kepada anak bahwa mereka adalah bos dari tubuh mereka sendiri, dan dirinya tidak perlu mencium atau memeluk seseorang jika dirinya tak mau. Jelaskan bahwa kita semua memiliki batasan atau body boundary. Hal ini adalah konsep tentang area tak terlihat di sekitar tubuhnya yang tidak bisa dimasuki oleh orang lain tanpa seizinnya. Penulis: Tyas Sukma |
Archives
January 2023
Categories |