Apakah anak Anda hobi banget melompat-lompat di sofa atau sering kali melemparkan kausnya ke lantai saat ingin mandi? Bila perilaku tersebut ditunjukkan oleh anak, sebaiknya Anda jangan langsung melabelinya sebagai anak nakal, karena akan ada selalu alasan di balik perilaku buruk anak Anda.
Ketahuilah bahwa perilaku buruk anak sering kali disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari perkembangan fisik dan mentalnya, hingga cara Anda bertindak. Seperti dilansir laman Netmums, Noel Janis-Norton pendiri The Calmer, Easier, Happier Parenting Centre di London sekaligus seorang spesialis pembelajaran dan perilaku, membagikan 7 perilaku di mana anak tampak nakal, namun sebenarnya tidak lho. Apa saja itu? 1. Tidak melakukan apa yang diperintahkan Jika anak menolak melakukan apa yang Anda perintahkan dengan tidak mendengarkan Anda atau tidak bisa disuruh untuk duduk diam, ini bukan berarti anak nakal, melainkan ia mungkin merasa kelelahan karena secara konsisten tidak memiliki waktu tidur yang cukup. Noel menyarankan, kapan pun anak Anda akan tidur, sebaiknya Anda menenangkannya terlebih dahulu setengah jam sebelumnya. Cara ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemauan anak untuk bekerja sama serta mengingat aturan dan bersedia mengikutinya tanpa harus diberitahu setiap saat. 2. Bertingkah untuk mencari perhatian Anda Perilaku yang ditunjukkan anak ini sesungguhnya menandakan bahwa ia merasa belum mendapatkan perhatian yang cukup dan positif dari orang tuanya. Salah satu solusi untuk menghadapi perilakunya ini adalah dengan memperhatikan dan mengapresiasi anak setiap ia melakukan hal yang baik atau benar. 3. Berperilaku buruk hanya pada Anda Tentu Anda bingung bila anak bisa bersikap manis dan menjadi penurut dengan ayahnya, sementara dengan Anda ia menunjukkan perilaku sebaliknya. Hal ini ternyata disebabkan karena Anda dan Dads tidak menetapkan aturan yang sama untuk anak. Noel mengatakan bahwa orang tua harus “satu suara” dalam menerapkan aturan pada anak agar ia juga tidak menjadi bingung, siapa yang harus ia patuhi. 4. Tidak mau melakukan hal-hal sederhana di kesehariannya Misalnya, anak tidak mau menyikat gigi atau menaruh sepatu pada tempatnya. Hal ini disinyalir karena anak tidak selalu mengingat apa yang harus ia lakukan. Sementara, orang tua berasumsi begitu anak tahu bagaimana melakukan sesuatu, ia harus mengingatnya dan melakukannya. Karena itu, setelah Anda mengajari anak suatu hal yang baru, Anda juga harus melatihnya agar bisa menjadi kebiasaan yang baik ke depannya. 5. Berperilaku buruk di pagi atau sore hari Jika anak terlalu banyak bertingkah sehingga membuat Anda jengkel, ini bisa jadi pertanda bahwa sebenarnya gula darahnya sedang rendah. Selain itu, bila hal ini terjadi pada jam 10 pagi atau 3 sore, ini bisa berarti bahwa anak Anda sedang lapar. Menurut Noel, ketika anak lapar dan gula darahnya rendah, hal ini bisa memengaruhi perilaku anak. Ingatlah bahwa anak bisa lapar hingga tiga sampai empat jam sekali dan ia juga memerlukan camilan. 6. Tantrum Anak terus mengamuk saat tak diizinkan makan biskuit? Tentunya saat menghadapi anak yang sedang tantrum ini Anda perlu memiliki kesabaran yang ekstra. Namun sesungguhnya tantrumnya tersebut dikarenakan ia belum bisa mengekspresikan emosinya dengan baik dan ia tidak tahu harus berkata apa untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan. Untuk menghadapinya, Anda hanya perlu mendengarkan anak dan bayangkan bagaimana perasaannya agar ia merasa didengarkan oleh orang tuanya. 7. Lompat-lompatan di sofa Perilaku ini disebabkan energi terpendam yang dimiliki anak Anda. Ketahuilah bahwa anak membutuhkan kesempatan untuk mengeluarkan energinya. Jadi, jangan membiarkan anak untuk terus duduk diam, ajaklah ia untuk melompat, memanjat, dan mengeluarkan energi terpendamnya agar ia juga bisa berperilaku lebih baik lagi setelah membakar energinya. Penulis: Tyas Sukma
0 Comments
Beberapa orang mungkin menyarankan Anda untuk tidak terlalu sering menggendong anak agar ia tak menjadi anak yang manja. Padahal faktanya, menggendong bayi sangat bermanfaat bagi pertumbuhan anak dan juga bagi Anda orang tuanya lho, mulai dari memupuk perkembangan empati, menjaga kesehatan fisiknya, hingga menjadi momen bonding Anda dan anak.
Akan tetapi, tidak jarang orang tua juga tidak tahu kapan atau pada momen seperti apa anak ingin digendong atau dipeluk. Nah, melansir BabyGaga, berikut beberapa tanda yang ditunjukkan bayi saat ia ingin digendong atau dipeluk oleh Anda. 1. Menangis Andai anak sudah bisa berbicara, mungkin ia sudah meminta Anda untuk menggendongnya sejak awal. Tapi saat masih bayi, menangis adalah bahasa utama yang ia kuasai. Baik ingin makan atau minta digendong, ia akan mengomunikasikan keinginan dan kebutuhannya melalui tangisan. 2. Rewel Anak mungkin saja tidak menangis, tapi ia bisa menunjukkan kerewelannya untuk mendapatkan perhatian Anda. Yang perlu diingat, ia bersikap rewel bukan hanya karena merasa tak nyaman dengan pakaiannya atau popok yang penuh, tapi juga karena ingin digendong. 3. Mencari Anda Apa yang Anda lakukan saat mencari sesuatu? Pasti Anda akan menunjukkan gestur sedang mencari, mata Anda akan berusaha menganalisis lingkungan sekitar. Ini sama halnya dengan anak, ia juga melakukan hal tersebut. Ketika ia ingin Anda menggendongnya, maka ia akan “memindai” lingkungannya dan melakukan kontak mata dengan Anda. 4. Tak ingin Anda pergi Hampir setiap bayi melewati fase separation anxiety, yakni luapan rasa khawatir ketika Anda tak berada bersamanya. Tetapi, jika anak tak ingin Anda keluar ruangan (walau hanya ingin mengambil segelas air), maka besar kemungkinan ia ingin digendong oleh Anda. 5. Berinteraksi Telah disebutkan sebelumnya bahwa bayi akan membuat kontak mata dengan Anda jika ingin digendong. Tapi jika anak sudah mulai lihai menggunakan suaranya, maka ia juga akan berinteraksi secara verbal dengan Anda (seperti berceloteh atau menggumam), seakan sedang meminta Anda untuk menggendongnya. 6. Mencari perhatian Ketika anak sudah agak lebih besar, ia sudah mengerti peraturan dan bahasa. Namun, mungkin ia dapat saja bertindak “nakal” untuk mendapatkan perhatian Anda. Ia akan melakukan hal-hal yang ia tahu dilarang, dan semua itu ia lakukan agar bisa digendong oleh Anda. 7. Usaha sia-sia Anak tetap menangis walau Anda sudah mencoba berbagai cara, mulai dari mengganti popoknya atau memberikan mainan kesayangannya? Sederhana saja, mungkin anak hanya ingin digendong. 8. Tidak tersenyum Bagi orang tua, senyuman anak adalah segalanya. Akan tetapi, jika ia terlihat tegang atau cemberut, maka mungkin saja ia ingin digendong atau dipeluk. Hal ini juga salah satu cara untuk mengajarkan anak berinteraksi dengan orang lain. Menggendongnya juga menunjukkan bahwa ia merasa aman dan dicintai, dan ini sangat membantu anak untuk tersenyum dan merasa bahagia. 9. Lompatan pertumbuhan Bagi anak, menjadi seorang bayi bukanlah hal yang mudah. Perkembangan tubuh dan kognitifnya sedang berlangsung dengan sangat pesat, dan semua hal ini adalah pengalaman baru baginya. Menjadi seorang bayi dapat sangat melelahkan baginya. Oleh karena itu, jangan ragu untuk menggendong atau memeluknya sebagai bentuk dukungan Anda kepada anak. 10. Sedang tumbuh gigi Masa tumbuh gigi adalah salah satu momen yang paling sulit bagi anak dan orang tua, karena proses tumbuh gigi menimbulkan rasa tidak nyaman dan rasa sakit pada anak. Oleh karena itu, Anda bisa memeluk atau menggendongnya untuk membuat anak terus merasa nyaman dan aman. Penulis: Tyas Sukma Kegiatan sekolah online, tentu membuat anak cenderung banyak menghabiskan waktu di rumah. Akibatnya, tak jarang mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan di atas kasur.
Sebagai ibu, tentu kita menginginkan anak melakukan berbagai aktivitas yang lebih produktif ketimbang hanya tidur-tiduran. Oleh sebab itu, berikut cara yang bisa moms lakukan agar anak tidak hanya bermalas-malasan di dalam rumah: 1. Jadilah teladan Anak-anak cenderung mengikuti kebiasaan orang tuanya. Oleh sebab itu, lakukan berbagai kebiasaan yang produktif agar anak dapat menirunya. 2. Mengajari anak soal kerja sama Izinkan anak untuk berpartisipasi dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Misalnya, meminta bantuannya untuk merapihkan piring, membersihkan debu, sedangkan moms melakukan pekerjaan rumah tangga lain. 3. Hadiahi anak atas pekerjaan yang dilakukannya Bila selama seharian mereka melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat, moms bisa mengapresiasinya dalam bentuk memberikan hadiah. Dengan itulah, mereka dapat menyadari bahwa moms sangat menghargai hal-hal yang dilakukannya. 4. Adakan aktivitas fisik bersama keluarga Agar anak tidak bermalas-malasan, moms bisa mengadakan kegiatan bonding bersama keluarga, seperti bermain bola berenang, ataupun jogging bersama. Penulis: Elsa Himawan Salah satu permasalahan dalam hubungan orang tua dan anak adalah anak yang tertutup dan jarang bercerita tentang hal-hal yang dilaluinya. Kebanyakan anak berbicara tanpa henti ketika mereka berada di taman kanak-kanak. Di sekolah dasar, banyak dari mereka mulai bungkam dengan orang tua mereka. Untuk mengatasi hal tersebut, melansir Aha! Parenting berikut ini 10 strategi untuk membuat anak-anak berbicara.
1. Perhatikan pembuka percakapan kecil Perhatikan pembuka percakapan kecil yang ditawarkan anak, dan tinggalkan semuanya untuk merespons, respon dalam menanggapi pembukaan anak saat bercerita sangat penting dalam membangun kedekatan. Bagi anak, respon tersebut adalah indikasi apakah dia dapat mengandalkan kita untuk berbicara ketika dia membutuhkan. Hal ini menjadi snagat penting daripada percakapan apa pun yang kita coba mulai, misalnya mencoba untuk membuat anak menceritakan apa yang terjadi di sekolah hari ini. 2. Ajukan pertanyaan yang tidak menghakimi yang membutuhkan jawaban nyata. Ajukan pertanyaan santai yang dapat dijawab dengan nyata seperti "Apa hal baik di sekolah hari ini?", "Kamu duduk dengan siapa saat makan siang hari ini?", “Bagaimana pertandingan sepak bola saat istirahat?”, atau pertanyaan "Bagaimana sekolah hari ini?" Pertanyaan yang dimulai dengan "Mengapa" sering kali membuat anak-anak bersikap defensif; daripada bertanya “Kenapa kamu memakai itu?”, lebih baik bertanya "Menurut Kamu apa yang akan dikenakan sebagian besar anak-anak di karyawisata?" 3. Jangan langsung memberikan solusi dan saran. Anak membutuhkan kesempatan untuk melampiaskan, dan biasanya anak tidak dapat mendengar nasihat sampai ia melampiaskannya. Anak juga membutuhkan kesempatan untuk menemukan solusinya sendiri, yaitu bagaimana dia mengembangkan kepercayaan diri dan kompetensinya. Jika Kita langsung memberikan solusi, dapat membuatnya merasa tidak kompeten. 4. Pastikan Anda terhubung dengan setiap anak Anda setiap hari Pastikan Anda terhubung dengan setiap anak Anda setiap hari, meskipun hanya untuk waktu yang singkat. Berada saat anak pulang adalah cara yang pasti untuk mendengar hal-hal penting hari ini. Misalnya duduk di sofa sambil mengobrol tentang apa pun mulai dari hari mereka di sekolah hingga mengobrol tentang acara TV yang baru saja kalian tonton bersama. 5. Bangun "waktu khusus" dengan setiap anak ke dalam rutinitas Anda. Waktu khusus dapat dilakukan misalnya seperti Ayah dan anak pergi makan siang sebulan sekali, atau bermain basket bersama seminggu sekali. Atau Ibu selalu menemani anak dalam proses anak mengejar impiannya. Biasanya, aznak-anak sering menunggu saat-saat rutin ini bersama orang tua mereka untuk membicarakan sesuatu yang mengganggu mereka. 6. Jika tidak mendapatkan respons yang diinginkan dari anak-anak Anda, mundurlah dan perhatikan bagaimana Anda memulai. Temukan cara untuk menghadapi anak-anak dengan cara yang ramah dan tidak menyinggung. Tidak apa-apa untuk menuntut dan mengharapkan koneksi – Kita memiliki hak untuk menjalin hubungan dengan anak Kita. Tetapi, Kita lebih mungkin menemukan respons yang diinginkan jika dapat membantu anak mengingat mengapa dia menyukai Kita! 7. Cobalah untuk tidak menanggapi respon anak dengan kemarahan. Daripada kemarahan, lebih baik tunjukkan kerentanan dan luka Anda. Katakan "Aduh!" dan berpaling (sebelum Kita menyerah pada godaan untuk menyerang). Putra atau putri Kita hampir pasti akan merasa sedih karena telah menyakiti Kita, terutama karena Kita belum membangkitkan kemarahan mereka dengan menyerang balik. Ingatkan diri bahwa sedikit itu mungkin tidak disengaja dan bahwa menjadi dekat dengan anak Anda adalah prioritas Anda. Kemudian, ketika Anda tidak kesal, gunakan sentuhan ringan untuk memberi tahu anak betapa Kita ingin terhubung dan betapa terlukanya Kita. Anak mungkin akan meminta maaf, dan belajar sesuatu tentang berhubungan secara sopan. Jika tidak, itu merupakan indikasi bahwa hubungan Kita perlu diperbaiki, dan hati ke hati sudah beres. Tegaskan kembali betapa Kita mencintai anak dan ingin dekat, serta komitmen terhadap rumah di mana setiap orang memperlakukan satu sama lain dengan hormat. Kemudian tanyakan apa yang menurutnya menghalangi hubungan cinta di antara Anda. 8. Tetap tersedia. Anak-anak berbicara ketika ada sesuatu untuk mereka, terutama jika Anda telah membuktikan diri sebagai pendengar yang baik, tetapi tidak terlalu terikat pada keterbukaan mereka kepada Anda. Jika Anda bertindak seolah-olah informasi yang mereka miliki adalah permata yang Anda butuhkan, mereka sering kali tidak akan mampu melawan kekuatan itu dan akan menjadi semakin kikir untuk berbagi. "Saya akan berada di dapur membuat makan malam jika Anda menginginkan saya" atau "Saya harus pergi ke pasar, tetapi jangan ragu untuk menelepon jika Kamu membutuhkan saya." Menyatakan ketersediaan Anda sangat membantu, bahkan dengan remaja. Tetapi bagian terpenting dari tetap tersedia adalah keadaan pikiran, yaitu Anak Anda akan merasakan ketersediaan emosional Kita. 9. Gunakan komunikasi tidak langsung. Anak-anak sering kali lebih terbuka di dalam mobil, saat berjalan-jalan, atau dalam gelap -- sepanjang waktu ketika kontak mata terbatas. Ingat, ini adalah saat yang tepat untuk membuat anak berbicara. Kesempatan lain untuk komunikasi tidak langsung adalah ketika teman-teman mereka selesai, atau di dalam mobil. Tutup saja mulut Kita dan dengarkan. Anak tahu Kita ada di sana, tentu saja, tetapi seringkali lebih bersedia untuk berbicara daripada jika Kita berbicara secara langsung. 10. Dengarkan Satu-satunya bagian terpenting dalam membantu anak-anak membuka diri. Jangan bicara, dengarkan. Renungkan kembali apa yang mereka katakan sehingga mereka tahu jika Kita mengerti, dan kemudian diamlah agar mereka dapat berbicara lebih banyak. Jika mereka tidak terus berbicara, Kita dapat mengajukan pertanyaan lain, tetapi jaga agar nada bicara Kita tetap bersahabat, bukan interogasi. Penulis: Elsa Himawan Sebuah penelitian menunjukan anak-anak yang memiliki ibu dengan penuh kasih sayang bakal lebih sehat pada kemudian hari. Orang dewasa yang memiliki ibu penyayang cenderung bebas penyakit dan risiko mengalami depresinya lebih rendah.
Menurut para peneliti, tumbuh di rumah yang penuh kasih dianggap dapat mengurangi stres dan mendorong seseorang hidup lebih baik. Peneliti dari Michigan State University menganalisis data dari National Survey of Midlife Development di Amerika Serikat, dan Health and Retirement Study. Studi pertama merupakan orang dewasa pada usia pertengahan 40-an selama 18 tahun, sedangkan studi kedua merupakan orang berusia 50 atau lebih selama enam tahun. Dalam kedua percobaan tersebut, para peserta ditanya bagaimana orang tua mereka memahami masalah mereka sebagai anak-anak. Para peserta juga ditanya seberapa banyak orang tua memberikan kasih sayang dan seberapa banyak orang tua mengajari mereka tentang dunia. Para peserta juga ditanyai apakah mereka telah didiagnosis dengan hingga 27 kondisi, termasuk penyakit tiroid, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Sedangkan depresi dinilai, dengan menanyakan apakah mereka mengalami salah satu dari banyak gejala dalam dua pekan terakhir. Gejala-gejala tersebut di antaranya kehilangan minat dalam hal-hal, energi rendah, nafsu makan yang buruk, insomnia, konsentrasi berkurang, kesedihan, dan pikiran tentang kematian. Hasil menunjukkan peserta yang ingat, menerima kasih sayang tingkat tinggi dari ibu mereka lebih sehat dan cenderung tidak depresi. Selain itu, mereka yang memiliki ayah yang suportif dan penuh kasih juga mengurangi risiko gejala depresi. Penurunan risiko penyakit kronis hanya ditemukan dalam studi pertama. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Health Psychology. "Kami tahu bahwa memori memainkan peran besar dalam bagaimana kami memahami dunia, bagaimana kami mengatur pengalaman masa lalu kami dan bagaimana kami menilai bagaimana kami harus bertindak di masa depan," kata William Chopik selaku Penulis Utama seperti dilansir dari Daily Mail. Chopik mengatakan ingatan yang baik kemungkinan berefek positif pada kesehatan dan kesejahteraan. Ingatan tersebut, diyakini dapat mengurangi stres dan membantu menentukan pilihan yang baik dalam hidup. "Orang mungkin berharap ingatan masa kecil menjadi kurang penting seiring waktu, tetapi ingatan ini masih bisa memprediksi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik ketika orang-orang berada di usia paruh baya," tambahnya. Kekuatan ikatan antara seorang anak dan orang tua sebelumnya telah berhubungan dengan seseorang dan risiko penyalahgunaan zat. Namun, penelitian sebelumnya lebih banyak berfokus pada ibu dan jarang menilai peran seorang ayah. Meskipun penelitian saat ini menemukan cinta seorang ibu membentuk masa depan seorang anak lebih dari seorang ayah, Chopik mengatakan hal tersebut bisa jadi berubah. Menurutnya, hasil penelitian mencerminkan kebudayaan yang memungkinkan seorang ibu menjadi pengasuh utama bagi anak-anak. "Dengan mengubah norma-norma budaya tentang peran ayah dalam pengasuhan, ada kemungkinan bahwa hasil dari studi masa depan orang yang lahir di tahun-tahun terakhir akan lebih fokus pada hubungan dengan ayah mereka." Penulis: Tyas Sukma |
Archives
January 2023
Categories |