Kegiatan sekolah online, tentu membuat anak cenderung banyak menghabiskan waktu di rumah. Akibatnya, tak jarang mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan di atas kasur.
Sebagai ibu, tentu kita menginginkan anak melakukan berbagai aktivitas yang lebih produktif ketimbang hanya tidur-tiduran. Oleh sebab itu, berikut cara yang bisa moms lakukan agar anak tidak hanya bermalas-malasan di dalam rumah: 1. Jadilah teladan Anak-anak cenderung mengikuti kebiasaan orang tuanya. Oleh sebab itu, lakukan berbagai kebiasaan yang produktif agar anak dapat menirunya. 2. Mengajari anak soal kerja sama Izinkan anak untuk berpartisipasi dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Misalnya, meminta bantuannya untuk merapihkan piring, membersihkan debu, sedangkan moms melakukan pekerjaan rumah tangga lain. 3. Hadiahi anak atas pekerjaan yang dilakukannya Bila selama seharian mereka melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat, moms bisa mengapresiasinya dalam bentuk memberikan hadiah. Dengan itulah, mereka dapat menyadari bahwa moms sangat menghargai hal-hal yang dilakukannya. 4. Adakan aktivitas fisik bersama keluarga Agar anak tidak bermalas-malasan, moms bisa mengadakan kegiatan bonding bersama keluarga, seperti bermain bola berenang, ataupun jogging bersama. Penulis: Elsa Himawan
0 Comments
Salah satu permasalahan dalam hubungan orang tua dan anak adalah anak yang tertutup dan jarang bercerita tentang hal-hal yang dilaluinya. Kebanyakan anak berbicara tanpa henti ketika mereka berada di taman kanak-kanak. Di sekolah dasar, banyak dari mereka mulai bungkam dengan orang tua mereka. Untuk mengatasi hal tersebut, melansir Aha! Parenting berikut ini 10 strategi untuk membuat anak-anak berbicara.
1. Perhatikan pembuka percakapan kecil Perhatikan pembuka percakapan kecil yang ditawarkan anak, dan tinggalkan semuanya untuk merespons, respon dalam menanggapi pembukaan anak saat bercerita sangat penting dalam membangun kedekatan. Bagi anak, respon tersebut adalah indikasi apakah dia dapat mengandalkan kita untuk berbicara ketika dia membutuhkan. Hal ini menjadi snagat penting daripada percakapan apa pun yang kita coba mulai, misalnya mencoba untuk membuat anak menceritakan apa yang terjadi di sekolah hari ini. 2. Ajukan pertanyaan yang tidak menghakimi yang membutuhkan jawaban nyata. Ajukan pertanyaan santai yang dapat dijawab dengan nyata seperti "Apa hal baik di sekolah hari ini?", "Kamu duduk dengan siapa saat makan siang hari ini?", “Bagaimana pertandingan sepak bola saat istirahat?”, atau pertanyaan "Bagaimana sekolah hari ini?" Pertanyaan yang dimulai dengan "Mengapa" sering kali membuat anak-anak bersikap defensif; daripada bertanya “Kenapa kamu memakai itu?”, lebih baik bertanya "Menurut Kamu apa yang akan dikenakan sebagian besar anak-anak di karyawisata?" 3. Jangan langsung memberikan solusi dan saran. Anak membutuhkan kesempatan untuk melampiaskan, dan biasanya anak tidak dapat mendengar nasihat sampai ia melampiaskannya. Anak juga membutuhkan kesempatan untuk menemukan solusinya sendiri, yaitu bagaimana dia mengembangkan kepercayaan diri dan kompetensinya. Jika Kita langsung memberikan solusi, dapat membuatnya merasa tidak kompeten. 4. Pastikan Anda terhubung dengan setiap anak Anda setiap hari Pastikan Anda terhubung dengan setiap anak Anda setiap hari, meskipun hanya untuk waktu yang singkat. Berada saat anak pulang adalah cara yang pasti untuk mendengar hal-hal penting hari ini. Misalnya duduk di sofa sambil mengobrol tentang apa pun mulai dari hari mereka di sekolah hingga mengobrol tentang acara TV yang baru saja kalian tonton bersama. 5. Bangun "waktu khusus" dengan setiap anak ke dalam rutinitas Anda. Waktu khusus dapat dilakukan misalnya seperti Ayah dan anak pergi makan siang sebulan sekali, atau bermain basket bersama seminggu sekali. Atau Ibu selalu menemani anak dalam proses anak mengejar impiannya. Biasanya, aznak-anak sering menunggu saat-saat rutin ini bersama orang tua mereka untuk membicarakan sesuatu yang mengganggu mereka. 6. Jika tidak mendapatkan respons yang diinginkan dari anak-anak Anda, mundurlah dan perhatikan bagaimana Anda memulai. Temukan cara untuk menghadapi anak-anak dengan cara yang ramah dan tidak menyinggung. Tidak apa-apa untuk menuntut dan mengharapkan koneksi – Kita memiliki hak untuk menjalin hubungan dengan anak Kita. Tetapi, Kita lebih mungkin menemukan respons yang diinginkan jika dapat membantu anak mengingat mengapa dia menyukai Kita! 7. Cobalah untuk tidak menanggapi respon anak dengan kemarahan. Daripada kemarahan, lebih baik tunjukkan kerentanan dan luka Anda. Katakan "Aduh!" dan berpaling (sebelum Kita menyerah pada godaan untuk menyerang). Putra atau putri Kita hampir pasti akan merasa sedih karena telah menyakiti Kita, terutama karena Kita belum membangkitkan kemarahan mereka dengan menyerang balik. Ingatkan diri bahwa sedikit itu mungkin tidak disengaja dan bahwa menjadi dekat dengan anak Anda adalah prioritas Anda. Kemudian, ketika Anda tidak kesal, gunakan sentuhan ringan untuk memberi tahu anak betapa Kita ingin terhubung dan betapa terlukanya Kita. Anak mungkin akan meminta maaf, dan belajar sesuatu tentang berhubungan secara sopan. Jika tidak, itu merupakan indikasi bahwa hubungan Kita perlu diperbaiki, dan hati ke hati sudah beres. Tegaskan kembali betapa Kita mencintai anak dan ingin dekat, serta komitmen terhadap rumah di mana setiap orang memperlakukan satu sama lain dengan hormat. Kemudian tanyakan apa yang menurutnya menghalangi hubungan cinta di antara Anda. 8. Tetap tersedia. Anak-anak berbicara ketika ada sesuatu untuk mereka, terutama jika Anda telah membuktikan diri sebagai pendengar yang baik, tetapi tidak terlalu terikat pada keterbukaan mereka kepada Anda. Jika Anda bertindak seolah-olah informasi yang mereka miliki adalah permata yang Anda butuhkan, mereka sering kali tidak akan mampu melawan kekuatan itu dan akan menjadi semakin kikir untuk berbagi. "Saya akan berada di dapur membuat makan malam jika Anda menginginkan saya" atau "Saya harus pergi ke pasar, tetapi jangan ragu untuk menelepon jika Kamu membutuhkan saya." Menyatakan ketersediaan Anda sangat membantu, bahkan dengan remaja. Tetapi bagian terpenting dari tetap tersedia adalah keadaan pikiran, yaitu Anak Anda akan merasakan ketersediaan emosional Kita. 9. Gunakan komunikasi tidak langsung. Anak-anak sering kali lebih terbuka di dalam mobil, saat berjalan-jalan, atau dalam gelap -- sepanjang waktu ketika kontak mata terbatas. Ingat, ini adalah saat yang tepat untuk membuat anak berbicara. Kesempatan lain untuk komunikasi tidak langsung adalah ketika teman-teman mereka selesai, atau di dalam mobil. Tutup saja mulut Kita dan dengarkan. Anak tahu Kita ada di sana, tentu saja, tetapi seringkali lebih bersedia untuk berbicara daripada jika Kita berbicara secara langsung. 10. Dengarkan Satu-satunya bagian terpenting dalam membantu anak-anak membuka diri. Jangan bicara, dengarkan. Renungkan kembali apa yang mereka katakan sehingga mereka tahu jika Kita mengerti, dan kemudian diamlah agar mereka dapat berbicara lebih banyak. Jika mereka tidak terus berbicara, Kita dapat mengajukan pertanyaan lain, tetapi jaga agar nada bicara Kita tetap bersahabat, bukan interogasi. Penulis: Elsa Himawan Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata usia anak terpapar pornografi adalah sekitar umur 10 tahun. Sering kali ini disebabkan oleh ketidaksengajaan yang ditemukan pada website internet. Bisa juga dikarenakan lingkungan yang mengajaknya untuk menonton pornografi.
Menurut Happy Families, apabila moms menemukan kasus tersebut pada anak, lebih baik lakukan hal ini: 1. Tetap tenang Menunjukkan kemarahan akan membuat anak khawatir bahwa dia sedang dalam masalah. Oleh sebab itu, tetaplah tenang agar dapat meyakinkan anak bahwa kalian bisa membicarakan hal ini secara baik-baik. 2. Dengarkan penjelasannya Mintalah anak menceritakan bagaimana dan dari mana ia menemukan website pornografi, serta apa alasannya ia menonton video senonoh tersebut. Hal ini dapat membantu moms untuk mengetahui solusi yang perlu diperbuat. Selanjutnya, dengarkan apa yang ia rasakan saat menonton. Biarlah anak merasa terbuka, sehingga dia tidak perlu menutup-nutupi persaannya kepada moms. 3. Yakinkan anak bahwa ia tidak dalam masalah Ketimbang memberikan hukuman, sebaiknya moms akui secara terbuka mengenai kekecewaan yang moms rasakan kala melihat anak menonton video porno. Dengan demikian, ia akan memahami apa yang menjadi isi hati moms. 4. Memberikan pengetahuan soal seks Dikarenakan sudah terlanjur menonton, berikan anak pengertian mengenai seks. Seks hanya dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Bukan soal nafsu belaka, seks didasarkan oleh hati yang saling mencintai. Seks digunakan untuk memberi keintiman bagi suami-istri. Jelaskan juga soal waktu, nilai-nilai, dan batasan yang tepat mengenai hubungan seksual. 5. Memecahkan masalah bersama Komunikasikan bersama soal cara memecahkan masalah ini. Misalnya, memperbarui tingkat keamanan perangkat, menghindari teman dan kerabat yang suka melihat potnografi, dan melakukan percakapan rutin soal apa yang dilihat anak. Penulis: Elsa Himawan Kesabaran adalah karakter positif yang harus diajarkan sejak dini. Sebab, bila sejak kecil anak tidak mengerti pentingnya sebuah kesabaran, dikhawatirkan saat dewasa ia tumbuh menjadi pribadi yang terburu-buru dan tidak sabaran.
Dengan demikian, kids village memberikan tips mengajarkan anak agar menjadi pribadi yang sabar: 1. Ajarkan dia untuk menunggu Ajarkan anak untuk menunggu ketika ia ingin mendapatkan sesuatu. Misalnya, saat ia ingin membeli mainan baru, moms bisa memintanya untuk menunggu sampai hari kenaikan sekolah. Menetapkan jangka waktu untuk mendapatkan sesuatu akan membentuk anak menjadi pribadi yang tidak egois dan sabar. 2. Ajarkan nilai lain selama penantiannya Daripada menunggu tanpa berbuat apapun, lebih baik mengajarkan anak untuk melakukan sesuatu selama proses penantiannya. Misalkan, ajak dia untuk menabung selagi ia menunggu untuk dibelikan mainan. Dengan demikian, bukan hanya karakter sabar, anak juga bisa terlatih untuk menjadi pribadi yang hemat. 3. Menepati janji Jangan membuat anak kapok untuk bersabar hanya karena hasil dari penantiannya hanyalah sebuah kesia-siaan. Tepatilah janji agar mengajarkannya bahwa buah dari kesabaran tidak pernah mengecewakan. 4. Ajarkan soal berhitung ketika ia mulai kehilangan kesabaran Ingatkan anak bahwa setiap kali ia mulai kehilangan kesabaran, maka saat itulah ia harus mulai berhitung 1-10. Hal ini dapat diterapkan saat ia sedang marah. Sebelum akhirnya mengamuk, biarlah ia menghitung angka dalam hatinya agar emosi yang keluar akhirnya tidak meledak-ledak. Penulis: Elsa Himawan Sebagai orang tua, tanpa sadar kita sering menjanjikan sesuatu kepada anak. Hal ini kerap dilakukan agar mereka mau menuruti permintaan kita. Namun sesudahnya, kita mengabaikan janji tersebut. Hal ini tentu membuat anak menjadi sedih.
Menurut laman doctor NDTV, berikut hal yang terjadi jika orang tua sering mengingkari janji pada anak: 1. Timbul kekecewaan Jika orang tua melanggar janji anaknya, dia akan kecewa dan mungkin tidak akan memercayai moms lagi. Oleh sebab itu, bila rencana kalian telah gagal, ajak dia untuk melakukan kegiatan menyenangkan lain agar anak merasa terhibur. 2. Merusak kepercayaannya Ketika orang tua tidak menepati janji, mereka secara tidak sadar sedang mengajari anak-anak untuk tidak memercayai omongan mereka lagi. 3. Merasa dirinya tidak penting Ketika moms menjanjikan sesuatu kepada anak, moms sedang meyakinkan dirinya bahwa ia sangatlah penting. Namun, ketika moms merusak janji tersebut, itu akan membentuk persepsi anak bahwa ia tidaklah sepenting apa yang dipikirkannya. 3. Mengurangi rasa hormatnya dengan orang tua Jika orang tua sering mengingkari janji, anak-anak akan sering dibuat kecewa dan akhirnya tidak dapat respect lagi kepada orang tuanya. 4. Tumbuh menjadi seorang yang suka ingkar janji Melihat kebiasaan orang tuanya yang suka mengingkari janji akan membentuk karakter anak untuk menjadi seorang pengingkar janji. Sebab, mereka akan berpikir bahwa mengingkari janji adalah perbuatan yang sepele. Penulis: Elsa Himawan Karakter seseorang dapat dipengaruhi dari cara orang tua mendidik anaknya sejak kecil. Karena itu, mengajarkan anak laki-laki soal pentingnya menghargai wanita adalah hal yang harus ditanamkan sedini mungkin. Jangan sampai, karena orang tua lalai dalam mendidik anak laki-laki, ia malah tumbuh menjadi pribadi yang kasar, egois, dan tidak menghormati wanita. Untuk itu, laman leading laddy mencatat 5 cara mendidik anak lelaku agar menjadi pribadi yang menghargai wanita: 1. Ajarkan ia soal rasa hormat dan kasih sayang untuk semua orang Teruslah tanamkan kepada mereka prinsip bahwa semua orang berhak mendapatkan rasa hormat, kebaikan, dan kasih sayang tanpa memandang jenis kelamin. Saat ia tumbuh menjadi dewasa, pesan tersebut akan melekat dan menjadi nilai hidupnya. 2. Kelilingi dia dengan panutan pria yang menghormati wanita Anak-anak akan meniru segala hal yang mereka lihat. Lama kelamaan, peniruan itulah yang membentuk karakternya. Di sini sangat penting figur seorang ayah yang baik dan penyayang. Dengan demikian, mudah baginya untuk menemukan sosok yang patut dicontoh. 3. Ciptakan lingkungan yang aman baginya untuk mengekspresikan perasaannya Dari dulu, banyak orang tua yang mendefinisikan bahwa pria macho tidak boleh menangis atau mengungkapkan perasaannya secara terbuka. Ia harus tegar di setiap situasi, sehingga tidak ada orang yang dapat mengetahui kelemahannya. Hal ini justru berdampak negatif karena ia akan mengalami frustasi dan tumbuh menjadi pria yang temperamen. Oleh sebab itu, ajarkan anak sejak dini soal cara mengungkapkan dan mengekspresikan perasaannya dengan benar. Dengan demikian, ia akan menjadi pria yang berbelas kasih dan mudah memahami wanita. 4. Mendorongnya agar memiliki sifat perhatian Moms bisa mengajarkannya dari hal-hal kecil. Misalkan, menjenguk teman yang sakit, membukakan pintu bagi orang lain, membiarkan seseorang meminjam barangnya, dan menghibur teman yang sedih. Jika dibiasakan, perilaku-perilaku tersebut akan tumbuh menjadi habitatnya hingga besar. 5. Libatkan dia dalam pekerjaan rumah tangga Sejak dulu, pekerjaan rumah tangga selalu dinilai sebagai kewajiban wanita. Padahal memasak, mencuci pakaian, membersihkan lantai, juga bisa moms ajarkan pada anak laki-laki. Dengan demikian, kelak ia dapat menjadi pribadi yang bisa diandalkan dan bersedia membantu istrinya karena sudah terbiasa melakukan tugas itu saat tinggal dengan moms. Penulis: Elsa Himawan Rasanya sebal, melihat anak memiliki performa belajar yang rendah. Melihat hal itu, orang tua sering kali menjuluki anaknya dengan julukan "si pemalas". Padahal, tentu ada penyebab yang membuat anak menjadi malas belajar. Menurut laman parenting for brain, terdapat alasan-alasan ilmiah yang menyebabkan kesulitan belajar pada anak: 1. Menderita learning disabilities Learning disabilities atau kesulitan belajar menyebabkan anak menjadi tidak tertarik dan kehilangan motivasi belajar. Sebuah studi yang dilakukan oleh Queensland University of Technology di Australia mengevaluasi 20 anak berusia 7 hingga 10 tahun, yang dianggap malas oleh orang tua dan guru mereka. Pemeriksaan yang cermat mengungkapkan bahwa 17 dari 20 anak menderita berbagai kesulitan belajar (learning disabilities). 2. Menderita ADHD ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan saraf yang paling umum terjadi pada anak. Mereka yang terdiagnosis ADHD akan mengalami kesulitan fokus. ADHD yang menyebabkan anak malas belajar memiliki beragam tipe, yaitu Predominantly hyperactive-impulsive, Predominantly inattentive, dan Combined. 3. Kurang tidur Tidak cukup istirahat di malam hari akan membuat anak menjadi lelah pada siang hari. Kurang tidur bisa disebabkan karena bermain video game dan menonton YouTube. Oleh sebab itu, pentingnya peran orang tua untuk memastikan anak tidak menyentuh gadget pada malam hari. 4. Kecemasan Gangguan kecemasan banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Mereka yang menderita kecemasan memiliki motivasi intrinsik yang lebih rendah untuk belajar. 5. Tekanan orang tua Faktanya, anak-anak yang terlibat dalam pembelajaran tanpa adanya paksaan atau tekanan, cenderung lebih tinggi memiliki motivasi belajar. Karena itu, kontrol dari orang tua yang berlebihan justru membuat anak menjadi kehilangan motivasi belajar. Penulis: Elsa Himawan Menjadi orang tua memang tidaklah mudah. Bukan hanya mengatur keuangan, melainkan pandai dalam mengatur sikap anak juga menjadi tugas yang penting. Sebab, tak jarang anak tidak mampu memahami kondisi keuangan orang tua karena yang mereka tahu, keinginan mereka harus selalu terpenuhi. Di sisi lain, banyak kebutuhan yang jauh lebih prioritas daripada memenuhi keinginan anak.
Namun, sering kali kita terpaksa menuruti permintaan anak hanya untuk berusaha membuatnya diam. Moms, jika kita terus memenuhi permintaan anak, justru akan membentuk karakternya menjadi pribadi yang egois dan tidak mau memahami orang lain. Di sisi lain, langsung berkata "tidak" atas permintaan anak juga akan membuatnya menjadi kecewa. Laman raising children mencatat beberapa cara bijak untuk menolak permintaan anak: 1. Jangan langsung mengatakan "tidak" Jika moms memutuskan untuk mengatakan tidak, sebaiknya berikan alasan terlebih dahulu. Hal ini dapat membantu anak untuk memahami keputusan anda, sehingga dia tidak langsung kecewa saat mendengar kata "tidak" dari moms. 2. Tawarkan sesuatu yang lain Moms bisa melakukan negosiasi dengan anak. Berikan dia tawaran yang lain, sehingga ia melupakan keinginannya untuk membeli mainan. Misalnya, menawarkan dia makanan kesukaannya, atau mengajak dia melakukan kegiatan lain yang sangat mengasyikkan. 3. Berikan anak respon yang membangun Bila menolak permintaannya, moms bisa memuji dia terlebih dahulu. Misalnya, mengatakan bahwa ia adalah anak baik, cerdas, pengertian, dan pastinya mau patuh kepada ucapan orang tua. Hal itu akan membuat anak berusaha untuk membenarkan pujian moms, sehingga ia akan menghentikan keinginannya untuk minta dibelikan mainan. Penulis: Elsa Himawan Semenjak pandemi, tentunya tugas seorang ibu menjadi bertambah. Anak yang biasanya belajar di sekolah, terpaksa harus mengikuti pembelajaran di rumah. Memang ada positifnya, seperti orang tua bisa dengan mudah memantau dan membantu anak dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Akan tetapi negatifnya, orang tua menjadi kualahan, menghadapi anak yang tidak betah duduk sambil menyaksikan layar materi di rumahnya sendiri. Pastinya, ada saja tingkah anak yang ingin bebas beraktivitas saat tengah mengikuti kelas online.
Tugas kita sebagai orang tua, tentunya harus selalu memastikan anak dapat menyerap materi pelajaran dengan baik. Menurut laman Reviewed, moms bisa melakukan hal ini untuk membuat anak tetap fokus mengikuti pembelajaran online: 1. Buat suasana belajar yang menyenangkan Moms bisa mendekorasi meja belajarnya dengan foto-foto dan pajangan yang lucu. Bisa juga dengan memberikan alat tulis yang menariknya untuk mau mencatat materi. Hal ini dilakukan agar anak tidak bosan saat mengikuti pembelajaran via daring. 2. Hindari hal yang dapat mengganggu anak untuk fokus belajar Fokus anak sangatlah mudah teralihkan dengan berbagai hal. Oleh sebab itu, moms perlu menciptakan suasana belajar yang tenang dan pastikan tidak ada mainan atau gadget lain di dekatnya. 3. Berikan aktivitas sensorik sebelum mulai kelas online Ajak anak melakukan kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik dan outdoor. Misalnya bermain sepeda, senam ringan, bermain lompat tali, atau jalan-jalan di taman sebelum kelas online dimulai. Hal ini dapat memberikan refreshing, sehingga memicu konsentrasi pada otak anak untuk menghadapi kelas online yang membosankan. 4. Berikan reward saat jam istirahat tiba Duduk sambil menyaksikan guru berbicara secara virtual selama berjam-jam, tentu membuat anak merasa suntuk. Oleh sebab itu, moms harus menghargai jerih payah yang dilakukannya. Berikan reward, seperti menyajikan camilan kesukaannya, atau membuatkannya minuman segar saat waktu istirahat kelas tiba. Dengan demikian, anak akan lebih semangat untuk mengikuti kelas selanjutnya. Penulis: Elsa Himawan Seperti yang semua orang ketahui, bahwa buku adalah jendela ilmu. Dengan membaca buku, seseorang bisa mempunyai wawasan yang luas. Oleh sebab itu, sangat baik bagi seseorang, jika mereka memiliki hobi membaca buku.
Namun, hobi membaca buku seharusnya ditanamkan sejak dini. Oleh sebab itu, moms dapat mendorong anak untuk suka membaca buku, baik dongeng, novel, ensiklopedia, dan sebagainya. Menurut laman reading with your kids, anak dapat memiliki 5 manfaat ini jika mereka suka membaca buku: 1. Memberikan pengalaman baru bagi anak Melalui membaca, anak-anak belajar tentang orang, tempat, dan peristiwa di luar pengalaman mereka sendiri. Dengan demikian, anak dapat mengalami situasi baru sebelum mereka menghadapinya di kehidupan nyata. 2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan komunikasi Membaca dapat membantu meningkatkan kosakata dan pola bicara tingkat lanjut. Hal ini bermanfaat untuk membantu anak menyerap informasi tentang cara membentuk kalimat dan menggunakan kata-kata yang efektif dalam menulis dan berbicara. 3. Membuat otak menjadi cerdas dan mengasah rasa empati Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa anak akan jauh lebih pintar dan empati bila mereka rajin membaca. Sebab, bukan hanya orang dewasa, membaca juga bagus untuk memperkuat daya ingat anak-anak. 4. Meningkatkan imajinasi pada anak Membaca dapat mengembangkan kreativitas anak untuk berimajinasi. Sebab, isi buku yang dibacanya, dapat ia bayangkan secara visual pada otaknya. 5. Membaca membantu anak berpikir kritis Dengan rajin membaca, pikiran anak dapat menjadi luas dan mampu mengembangkan analisa yang baik. Begitu pula jika diterapkan pada kehidupan nyata, anak lebih mudah memahami berbagai situasi dan pikiran orang lain. Penulis: Elsa Himawan Setiap orang tua memiliki cara sendiri untuk mengungkapkan rasa sayang kepada anaknya. Namun, sering kali rasa sayang yang ditunjukkan secara berlebihan, akan membentuk karakter anak menjadi seorang yang tidak bisa mandiri. Di tambah lagi, masih banyak orang tua yang berpikir, "ah, namanya juga masih kecil.. gak apa-apa kalau dimanjain. Kan masih belum ngerti." Moms, justru sejak dinilah waktunya kamu mendidik anak untuk menjadi pribadi yang mandiri, disiplin, dan tangguh. Sebab, karakternya sejak kecil akan terbawa sampai dewasa jika dibiarkan begitu saja. Apalagi, jika anak sudah menunjukkan tanda karakter yang buruk dari kecil. Artinya, moms harus lebih ekstra lagi memberikan penanaman karakter yang baik kepada anak. Menurut laman Huff Post, berikut indikasi anak manja yang tidak boleh dibiarkan oleh orang tua: 1. Mengamuk saat orang tua tidak mengabulkan keinginannya Semua anak mungkin mengungkapkan rasa kecewa ketika sesuatu yang diinginkannya, tidak dikabulkan orang tua. Akan tetapi anak yang memiliki indikasi 'manja' akan mengamuk dalam meresponi penolakan dari orang tuanya hanya demi mendapatkan apa yang ia inginkan. 2. Tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki Menurut seorang psikolog, Michele Borba, anak yang manja cenderung memiliki karakter serakah. Alih-alih mengungkapkan rasa terimakasih atas apa yang dimiliki, malahan mereka cenderung fokus untuk mendapatkan hal berikutnya. Misalkan, sudah dibelikan mainan, anak manja tidak akan merasa puas. Dia akan meminta mainan yang jauh lebih banyak lagi. 3. Cenderung egois karena hanya memikirkan diri sendiri Anak manja tidak terlalu peduli dengan orang lain. Apabila ia harus merepotkan orang hanya untuk mendapatkan keinginannya, seorang anak manja tidak akan ragu untuk melakukan hal tersebut. Misalkan, tak peduli seberapa repotnya moms mengurus rumah, ia akan tetap memaksa kamu untuk tidak mengerjakan apa-apa dan hanya menemaninya bermain. 4. Tidak sabaran karena keinginannya harus dipenuhi dengan cepat Anak manja tidak pernah mau untuk belajar bersabar dan menunggu. Apabila ia menginginkan sesuatu sekarang, maka harus dikabulkan saat itu juga. Salahnya, banyak orang tua justru lebih memilih untuk segera mengabulkan keinginan anak, daripada harus repot-repot mengajarinya soal kesabaran. 5. Tidak pernah mau kalah Semua anak pastinya tidak suka kekalahan. Akan tetapi respon yang dimiliki seorang anak manja adalah menyalahkan orang lain, untuk menutupi kekalahannya. Baik dalam permainan maupun kerjasama, seorang anak manja hanya ingin memenangkan segala hal. 6. Mengerjakan tugas didasarkan karena iming-iming Normal jika anak-anak membutuhkan dorongan untuk memacu mereka mengerjakan sesuatu. Akan tetapi sebaiknya, orang tua tidak sering membiasakan untuk memberi mereka hadiah, mainan, atau uang demi anak mau melakukan sesuatu. Hal ini dapat membuat anak menjadi 'kebiasaan', sehingga maunya mengerjakan sesuatu hanya jika diiming-imingi keuntungan saja. Penulis: Elsa Himawan Siapa orang tua yang tidak gemas, jika anak terus membantah ucapannya? pastinya ada rasa marah, kesal, dan kecewa karena anak yang kita kandung dan besarkan, rupanya sudah berani melawan orang tua. Akhirnya, untuk membuatnya berhenti melawan, kita sering memakai cara sarkas, seperti membentak, mengancam, mempermalukan, bahkan memukulinya habis-habisan. Memang, memiliki anak yang suka melawan pasti mendukakan hati kita sebagai orang tua. Namun, moms harus tetap mendidiknya dengan menggunakan kasih. Bukan juga dengan memanjakan atau mendiamkannya ketika ia salah. Tetaplah beritahu secara tegas dan bijaksana mengenai apa yang menjadi kesalahannya, sehingga ia tak lagi mengulanginya. Menurut laman imperfect families, berikut cara bijaksana untuk menghadapi anak yang suka melawan orang tua: 1. Menenangkan diri Dalam perdebatan dengan anak, kita sering kali ingin menjadi pemenangnya. Tak peduli apa isi hati dan pikiran yang hendak disampaikannya, kita akan selalu berusaha untuk membuatnya diam. Intinya, kita ingin anak tidak mengatakan apapun setelah kita berbicara. Moms, perilaku tersebut bukanlah solusi yang tepat. Lebih baik, moms menarik nafas dalam-dalam dan diam sejenak untuk menenangkan diri. Kemudian, barulah sampaikan apa yang menjadi kekesalan moms terhadap buah hati, kala dirinya juga sudah merasa tenang. 2. Perbanyak waktu bersama anak Sering terjadi pertengkaran dengan anak, bisa dikarenakan kalian tidak memiliki keakraban. Hal ini membuat kalian tidak dapat mengerti pikiran dan keinginan satu sama lain. Moms, luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak itu penting. Seringlah melakukan bonding time dengan anak, sehingga dapat mempererat hubungan. 3. Berdiskusi untuk memecahkan masalah Moms bisa memulai untuk membuka percakapan, seperti "akhir-akhir ini kita sering ribut," atau "kalau dipikir-pikir, kenapa kita sering ribut ya?". Moms juga bisa melanjutkan pertanyaan, seperti "Apa kamu punya saran atau ide supaya kita gak ribut lagi?" pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan membantu untuk bisa mendengarkan perspektif anak dan membuatnya juga merenung, betapa seringnya ia melawan moms. Tidak hanya itu, kalian juga bisa berdiskusi satu sama lain untuk memecahkan permasalahan ini. 4. Selalu mengetahui permasalahan anak Masalah keributan bukan hanya dari kesalahpahaman komunikasi. Ada juga akar lain, seperti kurang tidur, banyak tugas sekolah, bertengkar dengan sahabat, kesulitan belajar, atau aktivitas yang terlalu padat. Hal inilah yang membuat anak menjadi mudah emosi dan melampiaskannya kepada moms. Karena itu, perlu mengajak anak untuk selalu bercerita dan terbuka kepada moms mengenai kehidupannya setiap hari, baik tentang sekolah maupun pertemanannya. Penulis: Elsa Himawan Hubungan intim yang tadinya menyenangkan, berubah menjadi sangat memalukan kala buah hati tiba-tiba melihatnya. Hal ini kerap terjadi ketika orang tua lupa mengunci pintu kamar. Bisa juga, dikarenakan anak tidur bersama orang tuanya, lalu ia terbangun dan tak sengaja menyaksikan adegan tersebut. Namun, moms dan suami tak perlu panik untuk menjelaskan kepada anak mengenai apa yang tengah kalian lakukan. Mereka masih belum cukup umur untuk mengerti soal hubungan seks. Karena itu, gunakanlah alasan sederhana yang masuk akal baginya. Menurut laman momtastic, alasan lucu dan simple ini bisa moms ucapkan ketika anak memergoki orang tuanya yang sedang bercinta: 1. "Duh, panas banget ya.." Ucapan ini cukuplah masuk akal bagi pikiran anak. Melihat kedua orang tuanya tengah telanjang dan sedikit berkeringat akan membuatnya setuju, jika kalian berdua memang sedang kepanasan. 2. "Apa maksud kamu? apa yang kita lakukan?" Bersikap seolah-olah tidak ada hal luar biasa yang terjadi, dapat membuat anak juga berpikir demikian. Namun, jika moms panik dan justru terlihat kebingungan untuk memberikan jawaban, anak justru akan semakin penasaran. 3. "Kami sedang main ganti-ganti baju" Bukan cuma sedang main kuda-kudaan, ganti-ganti baju juga bisa dijadikan alasan lho moms.. Anak akan berpikir, ya kedua orang tuanya telanjang karena sedang memikirkan dan memilih baju apa yang cocok untuk dipakai dalam permainan tersebut. 4. "Kita sedang berpelukan" Anak-anak sangat suka berpelukan. Jika moms dan suami sedang ke gapp melakukan posisi misionarry saat bercinta, alasan ini bisa digunakan. 5. "Kita sedang yoga" Anak-anak belum sepenuhnya mengerti soal gerakan yoga yang sesungguhnya. Karena itu, moms bisa memakai alasan ini untuk membuatnya percaya. Ketika dia bertanya mengenai yoga, moms bisa menjelaskan bahwa itu adalah olahraga yang melatih kelenturan badan. Penulis : Elsa Himawan Tentu, menghadapi anak yang sedang marah adalah kesulitan tersendiri bagi para orang tua. Rasa jengkel dan geregetan pastinya dirasakan setiap orang tua saat menghadapi situasi ini. Akibatnya, untuk mengakhiri kemarahan anak, tak sedikit orang tua yang justru malah membentak, memukul, dan mengancam. Hal itu hanya menimbulkan rasa takut pada anak sesaat, tetapi tidak menyelesaikan akar dari kemarahannya.
Sebenarnya, momen menghadapi kemarahan anak bisa moms jadikan kesempatan untuk mengajarinya soal kecerdasan interpersonal lhoo... Menurut laman verywellfamily, berikut 5 hal yang bisa moms ajari jika anak sedang marah: 1. Ajari anak untuk mengungkapkan perasaan Saat anak marah, mereka cenderung menyerang dan berteriak. Hal ini dilakukan karena mereka tidak bisa mengungkapkan kemarahannya dengan kata-kata. Untuk membantu anak belajar mengidentifikasikan perasaan mereka, ajarkan untuk mengenali perasaan dasar, seperti sedih, senang, takut,dan marah. Saat anak sudah mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang emosi dan mereka bisa menggambarkan perasaan tersebut, moms dapat mengajarkan mereka untuk mengidentidikasi perasaan lain, seperti frustasi, kecewa, khawatir, kesepian. 2. Ajari soal termometer kemarahan Termometer amarah adalah ukuran yang dapat membantu anak mengenali tanda-tanda bahwa kemarahan mereka meningkat. Moms bisa memulainya dengan memberikan angka 0 hingga 10. Pada termometer amarah nol, berarti "tidak ada amarah sama sekali". Pada termometer angka 5 berarti "ada kemarahan dalam tingkat sedang", dan angka 10 berarti, "kemarahan yang paling besar". Dengan demikian, anak dapat semakin mengenali diri mereka sendiri terutama pada saat kemarahan sedang terjadi. 3. Ajari mereka untuk menenangkan diri Ketika marah, anak cenderung melakukan tindakan menyerang, berteriak, dan menangis tanpa henti. Karena itu, moms bisa mengajari mereka untuk menenangkan diri. Misalnya, moms dapat memberikan anak waktu untuk duduk dan merenung soal apa yang membuatnya marah. 4. Ajari soal teknik manajemen kemarahan Salah satu cara terbaik untuk membantu anak yang sedang marah adalah mengajari mereka soal teknik pengelolaan amarah yang spesifik. Misalnya, menarik napas dalam-dalam, menghitung angka sampai 10, dan menepuk pelan pundak. 5.Ajari bahwa ledakan amarah bukanlah solusi dari permasalahan Terkadang, anak menilai bahwa ledakan amarah adalah cara efektif untuk memenuhi kebutuhan mereka. Misalnya, ketika anak tidak mendapatkan mainan yang diinginkan, mereka cenderung melampiaskannya dengan amarah. Biasanya, orang tua segera memberikan mainan tersebut agar anak bisa diam. Moms, hal itu bukanlah solusi yang benar, melainkan membentuk pola pikir anak bahwa marah adalah cara terbaik untuk mendapatkan sesuatu. Penulis: Elsa Himawan Orang tua kerap merasa kesulitan menjaga kamar anak-anak agar tetap bersih dan rapi, berapa pun usia anak mereka. Untuk balita, hal ini bisa dimaklumi karena mereka masih kecil. Namun, orang tua akan berpikir bahwa ketika anak bertambah dewasa, mereka akan menjadi lebih baik dalam membersihkan kamar mereka sendiri. Maka dari itu ajarkanlah mereka membersihkan kamar sedari kecil.
Dilansir dari Moms.com, berikut adalah tips untuk menjaga kamar anak agar tetap rapi. 1. Jangan membeli barang yang tidak mereka butuhkan Jika Anda terus membelikan mereka barang-barang yang tidak mereka butuhkan, mereka akan mendapatkan banyak barang. Anak-anak tidak perlu memiliki segalanya, mereka hanya membutuhkan secukupnya. Barang-barang yang tidak mereka butuhkan secara signifikan berkontribusi membuat kamar manjadi berantakan. 2. Ajari mereka cara merawat kamar Ajari anak untuk merapikan tempat tidur, meletakkan cucian kotor di tempat yang sudah disediakan, dan menggantung kembali pakaian pada tempatnya. Anda akan terkejut bahwa mereka mungkin benar-benar suka membersihkan dan merapikan kamar mereka setelah mereka mempelajari cara melakukannya dengan benar. 3. Batasi apa yang dimainkan anak Anak tidak membutuhkan banyak mainan. Orang tua dapat mengizinkan mereka bermain hanya dengan beberapa mainan pada satu waktu, jadi setelah sesi bermain, hanya akan ada beberapa mainan di lantai. Membatasi jumlah mainan per sesi meupakan cara yang efektif, karena kebanyakan anak-anak hanya memiliki beberapa mainan favorit, jadi mereka tidak harus bermain dengan semua mainan pada waktu yang bersamaan. 4. Lakukan rutinitas merapikan kamar Menurut Home Storage Solutions, seseorang tidak boleh menunggu hingga akhir pekan untuk mulai merapikan ruangan karena semakin lama Anda menunggu, semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk membersihkannya. Lebih mudah jika Anda sering melakukannya, seperti sekali atau dua kali sehari, setelah mereka selesai bermain dengan mainan tersebut atau sebelum mereka pergi tidur. Orang tua yang memiliki anak balita bisa merapikan dalam waktu singkat dan semua kembali seperti semula. Rutinitas ini akan membantu menjaga kamar anak-anak tetap rapi lebih lama. 5. Letakan barang atau mainan yang mereka suka lebih dekat Sebaiknya letakkan mainan anak Anda di lemari bawah sehingga mereka dapat dengan mudah mengambil dan mengembalikannya. Namun, Anda juga bisa menata kamar mereka sedemikian rupa sehingga barang atau mainan yang sering mereka gunakan dekat dengan mereka, tanpa harus mengacak-acak barang yang lain saat sedang mencari. 6. Berikan atau sumbangkan barang yang sudah tidak mereka butuhkan Jika anak sudah memiliki barang yang melampaui batas, Anda dapat menyumbangkannya, menjual kembali, atau membuangnya. Menurut The Spruce, ada banyak pilihan yang harus Anda pilih untuk menyumbangkan semua barang yang telah dimiliki anak Anda. Tentu saja, Anda perlu melibatkan anak untuk membantu menyeleksi barang, meskipun mereka enggan melakukannya. 7. Sesekali memberikan reward Anda dapat menawarkan anak Anda sesuatu yang mereka suka untuk memotivasi mereka membersihkan dan merapikan kamar mereka. Rewardnya bisa berupa permen atau es krim kesukaannya. Namun, pastikan untuk terus menjelaskan bahwa tujuan mereka adalah menjaga kebersihan kamar, bukan untuk makanannya. Karena itu, Anda harus menggunakan metode ini sesekali. Penulis: Tyas Sukma Perilaku berbohong yang dilakukan anak, kerap menimbulkan rasa jengkel pada orang tua. Akhirnya, untuk melampiaskan kekesalan tersebut, kebanyakan orang tua justru melontarkan berbagai omelan yang menyakiti hati anak-anaknya. Bila dibedah dari sisi anak, tentu mereka memiliki alasan tersendiri mengapa harus berbohong kepada orang tuanya. Mereka berpikir bahwa kebohongan adalah solusi terbaik untuk memecahkan masalah, bahkan dijadikan jalan terakhir saat keadaan terdesak. Akan tetapi bagaimanapun juga, orang tua yang baik tidak akan membenarkan kebohongan yang dilakukan anak dalam situasi apapun. Meski demikian, respon menghadapi kebohongan anak dengan cara memaki, memukul, memarahi, dan melabelinya dengan julukan negatif, bukanlah solusi terbaik untuk mengajari mereka sebuah pentingnya kejujuran. Cara tersebut justru membuat anak merasa tidak sepenuhnya dicintai oleh orang tua. Mereka akan berpikir, orang tua hanya mencintainya saat ia tidak melakukan kesalahan saja. Dilansir dari empowering parents, inilah langkah yang dapat dilakukan orang tua saat menghadapi anak berbohong: 1. Tenangkan emosi Saat mengetahui sang buah hati melakukan kebohongan, emosi orang tua pastinya memuncak. Meluapkan emosi hanyalah membuat anak menjadi takut, tetapi tidak sepenuhnya mengerti tentang kesalahannya. Oleh sebab itu, tenangkan diri dan cobalah untuk mendengarkan apa yang menjadi alasan anak melakukan kebohongan. Dengarlah, seakan-akan orang tua tengah berada di posisi sang buah hati. 2. Jelaskan pada anak soal buruknya perilaku kebohongan Menurut penulis empowering parents, Janet Lehman, betapa penting untuk mengingatkan anak bahwa kebohongan yang mereka lakukan adalah perilaku yang buruk. Setelah mendengarkan alasan anak berbohong, beritahu mereka untuk tidak melakukan hal itu lagi kedepannya. 3. Berikan solusi untuk memecahkan masalah mereka Luangkan waktu bagi anak untuk memikirkan tentang solusi apa yang sebaiknya ia lakukan ketika menghadapi situasi serupa kedepannya. Dengan demikian, anak dapat merenungkan bahwa masih ada cara lain yang bisa ia lakukan saat menghadapi masalah, dengan tidak melibatkan kebohongan. Kemudian, lakukan diskusi dengan anak, sehingga ia bisa menemukan solusi terbaik dari pemecahan masalah tersebut. Penulis: Elsa Himawan
|
Archives
January 2023
Categories |